Jakarta (ANTARA) - Senegal di ambang masuk babak penentuan gelar Piala Afrika untuk kedua kali berturut-turut ketika mereka dijajal Burkina Faso dalam pertandingan semifinal turnamen itu di Stadion Ahmadou Ahidjo, Yaounde, Kamerun, Kamis dini hari pukul 02.00 WIB nanti.
Sadio Mane dan rekan-rekan hanya mencetak satu gol dalam babak penyisihan grup, tetapi mencetak lima gol dalam fase gugur tatkala mengalahkan Cape Verde 2-0 pada babak 16 besar dan menundukkan Guinea Ekuatorial 3-1 dalam perempat final.
Baik Senegal maupun Burkina Faso belum pernah mengangkat trofi kontinental ini. Pencapaian tertinggi mereka adalah runner up saja. Senegal runner up 2002 dan 2019, Burkina Faso runner up 2013.
Jadi, ini pertemuan dua tim yang berusaha keras menembus status elite sepak bola Afrika. Mereka pantas sampai pada babak empat besar ini karena level bertanding mereka yang tinggi dan terlebih memiliki pemain-pemain bintang yang teruji dalam kompetisi-kompetisi agung di Eropa.
Senegal
Ada sakit hati yang lama terpendam pada diri timnas Senegal karena berulang kali nyaris membuat sesuatu yang monumental, baik dalam Piala Afrika maupun dalam Piala Dunia.
Di antara yang bisa disebut adalah saat mereka pernah menjadi tim Afrika pertama yang hampir mencapai semifinal Piala Dunia 2002, lalu nyaris menjuarai Piala Afrika 2002 dan 2019, dan kemudian fase grup Piala Dunia 2018. Senegal gagal dalam semua momen itu di antaranya karena tak bisa mencetak gol. Ini penyakit yang mereka ulangi pada fase grup Afcon 2022 beberapa hari lalu.
Pasukan Aliou Cisse ini adalah satu-satunya dari sembilan elite sepakbola Afrika yang tak pernah mengangkat trofi Piala Afrika. Mereka merupakan tim dengan peringkat FIFA paling tinggi di Afrika, lebih tinggi dibandingkan dengan calon lawannya dalam semifinal, Burkina Faso.
Bahkan, mereka lebih tinggi dibandingkan Mesir dan tuan rumah Kamerun sekalipun. Senegal berperingkat 20, Mesir peringkat 45, Kamerun pada urutan 50, sedangkan Burkina Faso 60.
Kini Senegal harus mengkapitalisasi peringkat tinggi yang memang dibarengi dengan kedalaman skuad yang diisi para bintang, seperti Sadio Mane, Edouard Mendy, Kalidou Koulibaly, Abdou Diallo, Idrissa Gueye dan banyak lagi. Mereka harus memupus sakit hati dan kekecewaan yang sudah terlalu lama mereka pendam.
Masalahnya seperti terjadi pada masa-masa lampau, Senegal dihinggapi penyakit tak terlalu subur mencetak gol. Tetapi, mereka juga sulit sekali dibobol lawan. Tak heran karena memiliki palang pintu yang bermain untuk Chelsea, Bayern Muenchen, Napoli dan Paris Saint Germain.
Sayang, sekalipun memiliki bomber Sadio Mane, yang duetnya di Liverpool bersama Mohamed Salah sangat menakutkan di Liga Inggris dan Eropa, Senegal belum bisa menarik manfaat Mane sebesar didapatkan Liverpool.
Mane Hanya melepaskan 12 tembakan tepat sasaran saat 16 besar yang merupakan paling sedikit dibandingkan dengan tiga semifinalis lainnya, Senegal juga membuat akurasi tembakan 23 persen atau berperingkat 21 dari 24 tim dalam Afcon 2022.
Tetapi Aliou Cisse sepertinya sudah memiliki resep yang terbukti ampuh saat menggasak Guinea Ekuatorial dengan skor 3-1 dalam perempat final pekan lalu.
Dalam penampilannya yang ke-16 dalam Piala Afrika, Senegal sudah pasti dipaksa oleh dirinya sendiri untuk melangkah lebih jauh ketimbang ekspedisi mereka pada Afcon 2019 ketika menyerah kepada Aljazair dalam partai final. Dengan stok seperti Mane, Mendy, Koulibaly dan lainnya, seharusnya tidak sulit bagi mereka untuk menghentikan langkah Burkina Faso.
Burkina Faso
Burkina Faso sudah pasti senang dengan apa yang mereka lalui dari hari ke hari selama turnamen Piala Afrika di Kamerun ini karena mereka telah menunjukkan kinerja dengan kualitas yang terus membaik sampai menapaki empat besar setelah menumbangkan tim raksasa Tunisia dalam perempatfinal.
Namun, ada harapan lebih dari sekadar turnamen sepak bola yang diletakkan pada pundak pemain-pemain Burkina Faso, yakni memberikan kebahagiaan kepada rakyat negara di Afrika bagian barat itu yang tengah bermasalah karena presidennya digulingkan oleh kudeta militer.
Setelah mereka menghentikan Tunisia 1-0 dalam perempatfinal Jumat pekan lalu, pemimpin baru mereka dari pelaku kudeta pun menelepon mereka.
"Pagi ini kami mendapat kehormatan berbicara dengan presiden baru kami yang memberikan saran dan dorongan kepada kami serta meyakinkan kami bahwa mereka ada di belakang kami selamanya," kata pelatih Kamou Malo seperti dikutip AFP.
Presiden Roch Marc Christian Kabore ditangkap oleh tentara pemberontak Senin pekan lalu setelah rakyat marah karena dia gagal membendung kekerasan jihadis di negeri miskin itu.
Pemimpin baru mereka yang masih berusia 41 tahun, Letnan Kolonel Paul-Henri Sandaogo Damiba, menjadi harapan mereka dalam mengatasi ancaman jihadis. "Ini menunjukkan kami tidak sendirian lagi," kata gelandang Adama Guira.
Burkina Faso menjejak empat besar dengan bekal tak terkalahkan dalam 10 dari 11 pertandingan terakhir mereka dalam semua kompetisi yang lima di antaranya berupa kemenangan. Mereka hanya kalah saat dilawan tuan rumah Kamerun dalam pertandingan fase grup turnamen ini beberapa hari lalu.
Mereka tahu bakal menghadapi Senegal yang merupakan tim terkuat di Afrika saat ini dan tak pernah bisa mereka kalahkan dalam empat pertemuan sejak 2006, tetapi mereka tetap yakin bisa mencapai final, bahkan mungkin memupus kenangan buruk kalah 0-1 dari Nigeri dalam final Piala Afrika 2013.
Sebelas pemain pertama
Burkina Faso bakal bermain tanpa pemain muda Dango Ouattara yang bermain untuk klub Liga Prancis Lorient, yang mencetak gol penentu kemenangan ketika melawan Tunisia sebelum mendapatkan kartu merah langsung delapan menit menjelang pertandingan usai.
Sementara itu, saat melawan Tunisia, Djibril Ouattara membuat penampilan pertamanya dalam turnamen ini, namun kemudian ditarik ke luar lapangan pada menit ke-72 karena cedera. Ini membersitkan kekhawatiran striker berusia 22 tahun itu juga mungkin absen dalam semifinal.
Berkat penampilan solid barisan pertahanannya saat melawan Tunisi Si Elang Kartago, pelatih Kamou Malo kembali menurunkan lini belakang yang sama, yang diisi Steeve Yago, Edmond Tapsoba, Soumaila Ouattara dan Issa Kabore guna melindungi penjaga gawang Herve Koffi.
Sementara itu, setelah hanya mencetak satu gol selama fase grup, Senegal sudah menemukan sentuhan akhirnya selama babak knockout dengan mencetak lima gol dari dua pertandingan. Untuk alasan ini pula, pelatih Aliou Cisse tak akan mengubah formasi Boulaye Dia, Famara Diedhiou dan Sadio Mane.
Pemain Liverpool yang mencetak delapan gol dalam Premier League musim ini sudah mengemas dua gol dan satu assist untuk Singa Teranga selama Afcon 2022.
Di lini pertahanan, Senegal sejauh ini terbukti terlalu tangguh untuk lawan-lawannya dengan hanya kebobolan sekali dalam lima pertandingan. Jadi, akan aneh jika Cisse malah merombak formasi Bouna Sarr, Kalidou Koulibaly, Abdou Diallo dan Saliou Ciss yang padu melindungi kiper Edouard Mendy.
Jika trio serang mereka tak seklinis dalam dua pertandingan sebelumnya, Cisse tak terlalu pusing karena dia masih memiliki Ismaila Sarr yang mencetak gol saat melawan Guinea Ekuatorial dalam perempatfinal.
Burkina Faso (4-3-3): Herve Koffi; Issa Kabore, Edmond Tapsoba, Soumaila Ouattara, Steeve Yago; Dramane Nikiema, Adama Guira, Gustavo Sangare; Hassane Bande, Mohamed Konate, Bertrand Traore
Senegal (4-3-3): Edouard Mendy; Bouna Sarr, Kalidou Koulibaly, Abdou Diallo, Saliou Ciss; Cheikhou Kayoute, Nampalys Mendy, Idrissa Gueye; Famara Diedhiou, Boulaye Dia, Sadio Mane