Tulungagung (ANTARA) - Ritual bersih nagari memperingati HUT Ke-816 Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Kamis, digelar dengan pembatasan sosial untuk mencegah kerumunan masyarakat, termasuk tanpa arak-arakan.
Sebelum pandemi, ritual itu biasanya membuat berjubel penonton dan berlangsung perebutan bucengan di sesi purak tumpeng agung.
Buceng lanang dan buceng wadon yang berisi aneka hasil bumi serta makanan dan lauk-pauk dikemas menyerupai tumpeng besar tetap ada dalam kegiatan itu, sebagai syarat ritual bersih nagari.
Namun, sepasang tumpeng besar yang diusung menggunakan dua pikap dan diiringi beberapa rombongan tokoh masyarakat serta perangkat berpakaian adat itu hanya dibawa secara simbolis dari depan kompleks pendopo kabupaten setempat menuju ke pendopo yang berjarak hanya 100-an meter.
"Perubahan atau pembatasan seremoni kegiatan ini dilakukan untuk mencegah kerumunan yang bisa memicu penularan COVID-19," kata Juru Bicara Pemkab Tulungagung Mugiyanto.
Tak hanya memangkas rangkaian kegiatan dengan meniadakan arak-arakan sepanjang tiga kilometer dari depan kantor Pemkab Tulungagung menuju pendopo, seluruh peserta dan tamu undangan diwajibkan mengenakan masker.
Warga yang ingin melihat rangkaian ritual bersih nagari juga tidak diperkenankan masuk kompleks pendopo.
Hanya tamu undangan serta awak media yang diperkenankan masuk lokasi. Itupun dengan pembatasan gerak peliputan demi meminimalkan risiko kerumunan.
Bupati Tulungagung Maryoto Birowo yang memimpin langsung jalannya kegiatan adat itu mengatakan tradisi bersih nagari tetap diselenggarakan kendati dalam situasi pandemi sebagai bentuk pelestarian budaya dan syukur kepada Tuhan.
"Apa yang sudah kita rintis bertahun-tahun ini wajib kita syukuri dan kita kembangkan lebih baik," katanya.
Alunan gamelan yang lembut dan aroma pekat kemenyan mengiringi jalannya peringatan ini.
Peringatan ini diawali dengan iring-iringan pataka yang diikuti dengan buceng lanang dan buceng wadon.
Buceng lanang berisi tumpeng setinggi kurang lebih 1,5 meter, lengkap dengan lauk berupa sayur dan ingkung, sedangkan buceng wadon berisi hasil bumi berupa sayuran, umbi, bumbu dapur dan buah-buahan.
Berbeda dengan peringatan sebelumnya, dalam buceng wadon kali ini tak ada buah impor, semua berasal dari Kabupaten Tulungagung.
Setelah didoakan, kedua buceng itu diperebutkan oleh warga yang ada di dalam pendopo.
Ritual bersih nagari dalam rangka memperingati HUT Kabupaten Tulungagung dahulu digelar pada 1 April hingga tahun 2000.
Namun momentum hari jadi kemudian digeser menjadi 18 November setelah Pemkab Tulungagung dengan bantuan tim peneliti yang terdiri atas akademisi, budayawan dan pemerhati sejarah menyimpulkan bahwa dasar atau pangkal jejak sejarah Tulungagung ditandai dengan Prasasti Lawadan yang dibuat pada 18 November, 816 tahun silam.