Surabaya (ANTARA) - Perum Jasa Tirta (PJT) I mengoptimalkan penanganan sampah saat musim hujan dengan cara melakukan pengangkatan secara mekanis di Bendungan Sengguruh, Kabupaten Malang.
Direktur Operasional Perum Jasa Tirta I, Gok Ari Joso Simamora, di Surabaya, Kamis, mengatakan permasalahan sampah pada sungai Brantas merupakan tanggung jawab bersama, baik pemerintah maupun masyarakat.
"Kami dari Perum Jasa Tirta I berkomitmen untuk melakukan pemeliharaan di setiap infrastruktur yang dikelola. Termasuk Bendungan Sengguruh yang merupakan bendungan paling hulu di sistem sungai Brantas," katanya.
Simamora menjelaskan Bendungan Sengguruh menerima sampah yang mengalir dari hulu Brantas, yakni dari Kota Batu, Kota Malang, dan Kabupaten Malang dengan total daerah tangkapan air seluas 1.659 kilometer persegi.
Tingginya tingkat kepadatan penduduk di ketiga wilayah tersebut, kata dia, mengakibatkan volume timbulan sampah domestik yang tertampung di bendungan tersebut sangat besar.
"Masih banyak masyarakat yang tidak segan membuang atau menumpuk sampah di badan sungai, termasuk sempadan," ucapnya.
Dari hasil penelusuran yang dilakukan oleh Jasa Tirta I di akhir 2019, ditemukan setidaknya ada 76 titik pembuangan sampah di sempadan sungai. Penelusuran dilakukan di sepanjang aliran sungai Brantas, dari Arboretum Sumber Brantas sampai jembatan Gadang atau sekitar 46 kilometer.
"Untuk penanganan sampah ini, setiap harinya kami juga melakukan pengangkatan sampah secara mekanis. Rata-rata volume sampah yang terangkat pada musim kemarau mencapai 30 meter kubik per hari. Namun, apabila musim hujan bisa mencapai 200 meter kubik per hari. Dalam satu tahun rata-rata volume sampah yang tertangkap di Bendungan bisa mencapai lebih dari 40.000 meter kubik," ungkapnya.
Sampah yang telah terangkat ini tidak bisa langsung dibuang ke dumping area, melainkan harus melalui proses pengeringan di lahan pembuangan sementara untuk kemudian secara rutin di-hauling ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Upaya pencegahan juga dilakukan Jasa Tirta I melalui berbagai kegiatan, seperti sosialisasi ke masyarakat terkait penanganan sampah domestik melalui pemberdayaan masyarakat dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).
Program itu, kata Simamora, dirupakan dengan memberikan bantuan pembuatan tempat pembuangan sampah (TPS), alat pencacah sampah, gerobak sampah maupun melaksanakan berbagai program kerja sama dengan instansi pemerintah dan organisasi non pemerintah.
Selain itu, pihaknya juga melakukan berbagai studi untuk mendalami dampak dari timbulan sampah yang ada di Sungai Brantas.
"Saat ini sedang berlangsung studi terkait kandungan mikroplastik di Daerah Aliran Sungai Brantas. Studi ini dilakukan bersama antara Jasa Tirta I dengan Universitas Brawijaya untuk memotret karakteristik dan profil sebaran kandungan mikroplastik di sepanjang Sungai Brantas. Nantinya, hasil studi ini akan kami sampaikan juga kepada pemerintah pusat maupun daerah sebagai data input dalam merumuskan upaya penanganan sampah plastik," katanya.
Ia berharap perlu adanya komitmen dan kerja sama dari seluruh pihak dalam mengatasi permasalahan sampah di Sungai Brantas. "Kepedulian dan kedisiplinan kita dalam kehidupan sehari-hari akan memberikan kontribusi dalam melestarikan lingkungan tempat di mana kita dan anak cucu kita bernaung," katanya.