Tulungagung (ANTARA) - Tim arkeologi dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan mengkaji peluang dan kemungkinan untuk memugar Candi Gayatri yang kondisi rusak berat diduga akibat faktor alam sehingga menyisakan bagian pondasi serta arca Budha yang juga telah hilang pada bagian kepala dan lengan tersebut.
"Kajian ini merupakan langkah awal untuk menjajaki kelayakan (situs) untuk dipugar. Jadi sifatnya masih studi lapangan," kata Tekno Arkeologi Kajian Kelayakan Pemugaran dari BPCB Trowulan Iwan Tarwanto di sela kegiatannya di Tulungagung, Sabtu.
Kondisi dua candi pendamping (perwara) kurang lebih sama. Pada bagian atas candi rusak/hilang, dan hanya menyisakan bagian bawah yang terlihat masih utuh.
Di bangunan induk candi terdapat tujuh umpak dengan dua umpak berangka tahun 1291 C (1369 M) dan 1322 C (1389 M).
"Nilai penting Candi Gayatri berupa nilai arsitektural, struktural maupun tata letak bangunan," kata Iwan.
Menurut Iwan, kondisi bangunan candi masih stabil, terlihat dari kaki candi yang masih utuh dan bata penyusun kaki candi yang masih lengkap.
"Untuk dilakukan pemugaran, acuan yang dipakai masih bisa," katanya.
Proses kajian dilakukan selama 10 hari dan hingga berita ini ditulis, tim BPCB Trowulan sudah lima hari melakukan studi kelaikan pemugaran. Pihaknya juga sudah melakukan pengukuran dimensi candi.
"Sementara kami input data baik secara literatur maupun input data dari hasil di lapangan,” katanya.
Selanjutnya, hasil kajian akan dilaporkan ke BPCB Trowulan. "Jika dinilai layak, maka candi ini akan dilakukan pemugaran," katanya.
Soal kapan pemugaran dilakukan, Iwan mengatakan, biasanya membutuhkan waktu lama. Hal ini mengacu proses kajian-kajian candi yang diusulkan pemugaran sebelumnya, yang biasanya memakan waktu bertahun-tahun.
"Kami belum tahu. Candi Mirigambar yang dipugar tahun ini saja kajian tekhnisnya dilakukan enam tahunan sebelumnya, tepatnya pada 2015,” kata Iwan.
Candi Gayatri ditemukan sejak 1914 dengan kondisi tertimbun dalam tanah.
Candi ini berada di tengah pemukiman penduduk di wilayah Dusun Dadapan, Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung.
Bangunan induk perwara terdiri dari dua teras berundak yang hanya tinggal bagian kakinya. Bentuk bangunan berbentuk bujur sangkar dengan panjang dan lebar 11,40 meter dengan sisa ketinggian kurang lebih 2,30 meter.