Situbondo (ANTARA) - Peran pemuda pemudi dengan ide-ide kreativitasnya penting untuk kemajuan daerah, terlebih di masa pandemi COVID-19 ide kreatif dibutuhkan, utamanya di bidang pendidikan.
Karena, sejak pandemi menerjang Indonesia, pola pembelajaran tatap muka mulai tingkat TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi mulai diubah secara daring guna menghindari penularan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Emilda Oktaviani (28) warga Desa Kalibagor, Kecamatan Situbondo, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, berinisiatif menggagas "Situbondo Dream" dengan konsep kemandirian belajar.
Melalui gagasannya "Situbondo Dream", anak-anak sekolah dasar di desanya bisa mengikuti bimbingan belajar tambahan tanpa harus membayar uang. Karena, dengan konsep kemandirina belajar ini, anak-anak cukup membayar dengan sampah anorganik, seperti plastik dan lainnya.
Inisiatif mendirikan Situbondo Dream untuk bimbingan belajar tambahan anak-anak usia sekolah dasar di desanya itu, bermula dari melihat banyaknya anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu bermain gawai.
Seakan tak ada waktu lagi bagi anak-anak mendapat pelajaran tambahan, karena sulitnya untuk masuk bimbingan belajar karena keterbatasan. Sehingga, muncullah ide "Situbondo Dream".
Selain itu, gagasan Emilda menguat karena menginginkan anak-anak di desanya mendapatkan akses pendidikan yang setara dan berkeadilan.
"Mendidik adalah kewajiban setiap yang terdidik. Setiap yang terlahir wajib terdidik. Kami menawarkan merdeka belajar, merdeka mengajar dan pendidikan berkeadilan," kata Emilda Oktaviani.
"Situbondo Dream" yang digagas oleh putri pertama tiga bersaudara dari pasangan suami istri Parno dan Subaidah, ini, sudah berjalan sejak dua tahun terakhir.
"Inisiatif Situbondo Dream pada akhir 2019, dan pada Januari 2020 baru terealisasi dan terus berkembang hingga sekarang," kata Emilda.
Memang tidak mudah untuk mengembangkan gagasannya. Diakuinya ada kendala dalam mengembangkan Situbondo Dream, salah satunya operasional atau pendanaan.
Sehingga kembali muncul idenya untuk melibatkan siswa membayar bimbingan belajar dengan cara membayar sampah anorganik. Selain mengajari siswa peduli lingkungan, sampah anorgani tentunya bisa diolah kembali menjadi berbagai kerajinan untuk biaya operasional.
Seiring berjalannya waktu, Situbondo Dream terus berkembang. Dari semula, hanya berdiri di desanya, kini sudah ada di empat desa dan dua kelurahan yang diluncurkan.
"Sampai sekarang sudah ada empat desa mulai berjalan bimbingan belajarnya, yakni Desa Talkandang, Olean, Kotakan, dan Kalibagor.
Jumlah siswa yang ikut bimbingan belajar bervariasi, mulai dari 35 orang hingga 100 orang per kelompok," kata Emilda, lulusan S2 Pendidikan Bahasa Inggiris di Universitas Lampung itu.
Dengan gagasannya itu, Emilda masuk lima besar sebagai Pemuda Pelopor 2021 tingkat Provinsi Jawa Timur. Konsep pendidikan alternatif untuk mengurangi perilaku negatif anak-anak usia SD berkembang cukup pesat. Melalui ide kreatifnya itu, Emilda berpeluang menjadi Pemuda Pelopor Nasional 2021.
Selanjutnya, agar supaya gagasan Situbondo Dream terus berkembang, Emilda kemudian mulai kerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Situbondo.
Tak hanya itu, Emilda juga bermitra dengan Turangga Institute Indonesia sebagai penyuplai buku-buku pelajaran sekolah.
Saat ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan memberikan dukungan dengan menyumbang tenaga pengajar untuk bergabung dengan Situbondo Dream.
"Awalnyanya kan memang insiatif sendiri untuk mendirikan Situbondo Dream, setelah berjalan dan berkembang saya mulai kerja sama dengan Dinas Pendidikan, dan Dinas Lingkungan Hidup," tuturnya.
Karena pendidikan informal, sistem pembelajarannya dibagi dua, yaitu kelompok kecil belajar menulis dan berhitung, sedangkan kelompok besar belajar tambahan mata pelajaran di sekolah. Materi lainnya mengenai lingkungan dan program sosial.
Sementara itu, Bupati Situbondo Karna Suswandi sangat mendukung Situbondo Dream gagasan Emilda. Bahkan, Bung Karna, sapaan bupati, menginginkan Situbondo Dream bisa berdiri di 132 desa dan empat kelurahan di Situbondo.
"Kami mengapresiasi gagasan Situbondo Dream. Kami ingin berdiri ini berdiri di seluruh desa dan kelurahan untuk mencerdaskan anak-anak desa," katanya.
Bupati Karna Suswandi menilai bahwa gagasan Situbondo Dream sangat tepat di masa pandemi. Mengingat, saat ini banyak siswa tak bisa mengikuti pembelajaran secara daring karena tidak semua punya android.
Dengan metode bimbingan belajar Situbondo Dream, kata bupati, selaras dengan visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati Situbondo, yakni terwujudnya masyarakat Situbondo berakhlak, sejahtera, adil dan berdaya (Situbondo Berjaya).
"Kami dukung gagasan ini, karena kami ingin nantinya akan lahir Emilda-Emilda baru yang peduli terhadap kualitas sumberdaya manusia dan lingkungan," kata Bung Karna.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Situbondo, Cholil mengapresiasi Emilda yang memiliki inisiatif mandiri untuk mengdukasi, les maupun literasi kepada anak-anak di desanya.
"Kami, dari Dinas Lingkungan Hidup mendukung gagasan Emilda. Nantinya kami menginginkan ada bank sampah di desa itu, karena anak-anak kan membayarnya pakai sampah anorganik," katanya.
Dengan membayar sampah organik dalam bimbingan belajar tambahan itu, dapat memberikan dua manfaat, yang pertama pendidikan dan kedua anak-anak mengerti bahwa sampah anorganik bernilai ekonomi.
"Sehingga anak-anak memahami sampah bermanfaat dan mereka tak perlu mengeluarkan uang untuk membayar les," tuturnya.
Di sisi lain, bimbingan belajar di Situbondo Dream yang digagas Emilda, selain memperoleh pendidikan, dan bayar menggunakan sampah plastik, anak-anak secara otomatis mengerti tentang kebersihan di lingkungannya. (*)