Surabaya (ANTARA) - Dokter Muhammad Ramadhan dari Siloam Hospitals Jantung Diagram menyatakan Dislipidemia adalah kandungan kadar lemak jahat (LDL) dalam darah terlalu tinggi atau kadar lemak baik (HDL) yang terlalu rendah.
"Kadar lemak dalam darah merupakan kandungan lemak yang umumnya terdiri dari trigliserida, kolesterol, low-density lipoproteins (LDL) dan high-density lipoproteins (HDL)," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima di Surabaya, Rabu.
Meskipun keadaan lemak yang baik dicapai dengan diet lemak cukup, kata dia, beberapa orang memerlukan penanganan khusus dan obat-obatan untuk mengatasi keadaan tersebut.
Penyakit dislipidemia memang belum dikenal secara luas oleh masyarakat, namun gejalanya sering dirasakan.
Bila seseorang secara periodik mengalami keluhan seperti merasa pusing, pegal pada tengkuk, atau merasa kesemutan pada ujung tangan dan kaki, bisa jadi gejala yang diakibatkan dislipidemia.
Selain itu, gejala serangan jantung seperti nyeri dada yang diikuti sesak napas dan keringat dingin, salah satu penyebabnya.
Ia juga menekankan, secara umum dislipidemia dibagi menjadi dua, yaitu dislipidemia primer dan sekunder.
Dislipidemia primer disebabkan oleh faktor genetik yang diturunkan dari keluarga.
Sedangkan Dislipidemia sekunder disebabkan gaya hidup dan kondisi medis yang mempengaruhi kadar lemak dalam darah, seperti obesitas, diabetes, hipotiroidisme, alkoholisme, sindrom metabolik, konsumsi lemak berlebih, sindrom cushing, infeksi berat, dan aneurisma aorta abdominal.
"Sebagian besar dislipidemia tidak memunculkan gejala berarti. Dislipidemia biasanya diketahui ketika seseorang menjalani pemeriksaan rutin untuk darah dan kondisi lainnya. Dislipidemia yang berat menimbulkan komplikasi yang serius mengarah kepada penyakit jantung koroner dan stroke," tuturnya.
Ia menjelaskan, terdapat sejumlah hal yang perlu diwaspadai untuk mencegah komplikasi dari Dislipidemia, yaitu hindari kolesterol total >200, Trigliserid >200, Kolesterol LDL (Kolesterol jahat) >150, Kolesterol HDL (Kolesterol baik) <40.
Untuk setiap pemeriksaan kolesterol harus dilakukan pada saat pasien melakukan puasa lebih kurang 8-10 jam.
"Maka sangat dianjurkan agar bisa mengubah kebiasaan hidup, atur pola makan sehat, perbanyak beraktivitas fisik, dan hindari konsumsi rokok dan alkohol" tukasnya. (*)