Tulungagung (ANTARA) - Para petani di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, diajak untuk mengolah tanaman hortikultura pascapanen, sehingga bisa menjadi produk dengan nilai ekonomis tinggi.
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Anggia Erma Rini mengemukakan penting bagi petani untuk memanfaatkan teknologi guna mengolah tanaman hortikultura pascapanen.
"Dengan teknologi yang baik, sangat penting bagi daerah yang hasil panennya melimpah. Jangan sampai panen banyak, kita (petani) rugi karena harga turun. Dengan teknologi ini sangat membantu, tidak hanya untuk dikonsumsi sendiri bahkan bisa dijual," katanya saat menghadiri acara bimbingan teknis teknologi pascapanen hortikultura di Desa Sumberdadi, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung, Kamis.
Pihaknya di Komisi IV DPR RI sangat sepakat untuk memberikan informasi, bimbingan teknis kepada masyarakat supaya lebih baik lagi dalam menggunakan teknologi. Dengan adanya beragam inovasi tentunya ketahanan pangan, kedaulatan pangan akan terjamin dengan baik.
Dia juga sudah komunikasi dengan bagian penelitian dan pengembangan Kementerian Pertanian dan hasilnya memang teknologi dan inovasi harus dipertahankan demi kualitas produk agar bisa dikonsumsi dengan baik oleh masyarakat.
Dicontohkan mi instan dari bagian penelitian di perusahaan tersebut meneliti agar bahan-bahan lain seperti sayur, protein bisa ditambahkan. Bahkan, dia juga sudah berkunjung ke bagian penelitian di Malang, yang menemukan cara pengolahan makanan sehingga makanan yang masuk ke tubuh halal dan toyib, yang artinya berkualitas dan punya nutrisi tinggi.
Dia berharap dengan berbagai inovasi teknologi, ke depannya petani lebih sejahtera.
"Kita harus bijak menggunakan teknologi dengan maksimal sehingga hasil panen bisa dimanfaatkan," kata perempuan yang juga Ketua Umum PP Fatayat Nahdlatul Ulama ini.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Litbang Pasca-Panen Pertanian Kementan Prayudi Syamsuri mengemukakan pihaknya selama ini selalu berupaya membuat inovasi, terobosan untuk mengolah hasil pertanian pascapanen agar semuanya bisa dimanfaatkan.
"Kami lakukan penelitian pascapanen, mulai setelah panen sampai ke meja konsumen. Jadi, bagaimana disajikan sampai di konsumen itu kami yang memikirkan, misalnya padi yang dipanen sampai ke konsumen sehingga tidak banyak terbuang," kata dia.
Prayudi mencontohkan salah satu keberhasilan mengolah pascapanen adalah memanfaatkan jerami untuk sepatu sol. Bahkan, dari capaian itu, pihaknya diundang untuk ikut serta dalam pameran di Perancis tentang produk fashion yang ramah lingkungan.
Untuk tanaman hortikultura, ia juga mengatakan ada banyak hal yang bisa dilakukan. Misalnya cabai. Hasil panen bukan hanya bisa dijadikan sambel tapi olahan lainnya.
"Hortikultura bisa harga bagus, bisa harga turun. Saat turun bisa olah cabai dalam bentuk minyak cabai, bawang merah dan macam-macam bisa untuk konsumsi sendiri atau dijual. Di Jakarta itu (minyak cabai) di restoran mahal dimakan dengan ramen. Makanya kita coba ubah pola konsumsi kita, karena bagaiamana pun cabai, bawang merah itu adalah produk musiman. Kalau musim hujan tanaman hancur," kata dia.
Ia juga mencontohkan dengan membuat tepung telur dengan memisahkan antara kuning telur dan putih telur. Bagi pemilik usaha kue tidak perlu memecahkan telur banyak tapi bisa membeli tepung telur. Inovasi ini juga baik jika terjadi harga telur yang anjlok.
Acara bimbingan teknis teknologi pascapanen hortikultura itu diikuti oleh perwakilan kelompok tani dari berbagai kecamatan di Tulungagung. Dalam acara itu juga dilakukan penyerahan secara simbolis alat pengolahan bawang merah dan cabai kepada lima kelompok tani senilai Rp35 juta.
Acara juga dilanjutkan dengan bimbingan teknis tentang penanganan dan pengolahan bawng merah, tomat serta cabai. (*)