Surabaya (ANTARA) - Ahli toksikologi Universitas Airlangga Surabaya dr. Sho'im Hidayat MS mengemukakan bahwa produk tembakau yang dipanaskan ternyata memiliki kadar senyawa kimia berbahaya lebih rendah dibanding rokok, namun tetap berisiko bagi kesehatan.
"Ternyata, pada produk tembakau yang dipanaskan, kadar senyawa kimia berbahayanya lebih rendah sampai 90 persen. Itu berdasarkan hasil beberapa penelitian ilmiah, ya. Logikanya, kalau kadarnya lebih rendah, potensi risikonya terhadap kesehatan menjadi lebih rendah," kata Sho'im Hidayat dalam keterangan tertulis yang diterima di Surabaya, Jumat.
Ia mengemukakan hal itu berkaitan silang pendapat soal produk-produk Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya (HPTL) yang diklaim memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah dibandingkan rokok konvensional.
"Yang harus terus diingat adalah bukan berarti jika mengonsumsi produk tembakau yang dipanaskan itu akan bebas risiko sepenuhnya. Jangan salah persepsi. Namun, produk tersebut dapat jadi pilihan karena memiliki risiko jauh lebih rendah dibanding rokok," tambah dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair itu.
Ia menjelaskan salah satu senyawa dengan kadar berbeda yang dihasilkan oleh kedua jenis produk tersebut adalah karbon monoksida. Pada produk tembakau yang dipanaskan, jumlah atau konsentrasi karbon monoksida yang dihasilkan sangat sedikit karena tidak terjadi proses pembakaran.
Pembakaran tembakau pada rokok menghasilkan berbagai senyawa kimia yang mayoritas merupakan senyawa berbahaya dan berpotensi berbahaya (harmful and potentially harmful constituents/HPHC). HPHC merupakan senyawa yang dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi orang-orang yang terpapar, tidak hanya perokok aktif, melainkan juga orang-orang di sekitar perokok.
"Di dalam asap rokok itulah terdapat ribuan HPHC sehingga kalau paru-parunya menghirup asap, maka HPHC itu yang akan terserap oleh tubuh melalui paru-paru. Salah satu contoh HPHC itu karbon monoksida. Karbon monoksida timbul akibat pembakaran tidak sempurna yang terjadi ketika rokok dalam keadaan terbakar, tapi tidak diisap oleh perokok. Kandungan ini yang kemudian masuk ke dalam tubuh saat perokok mengisap asap rokok tersebut," papar Sho'im.
Ia juga menimpali, "harus dipahami dengan baik bahwa ketika dikonsumsi, rokok melalui proses pembakaran dengan suhu lebih dari 600 derajat Celcius. Ketika dibakar, rokok menghasilkan asap dan abu yang mengandung ribuan senyawa kimia berbahaya. Sedangkan produk tembakau yang dipanaskan hanya memanaskan tembakau dengan suhu tidak lebih dari 350 derajat, sehingga produk ini hanya menghasilkan uap (aerosol) dan tidak menghasilkan abu."
Selain karbon monoksida, tambah Sho'im, terdapat juga senyawa berbahaya lain yang dikandung oleh asap rokok, seperti benzena, formaldelhida, dan nitrosamine tembakau tertentu yang merupakan penyebab utama timbulnya berbagai penyakit berbahaya, seperti penyakit paru-paru obstruktif kronis dan jantung koroner.