Ngawi (ANTARA) - Bank Sampah "Guyub Rukun" yang berada di Dusun Soko, Desa Karangasri, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, berhasil mengubah sampah menjadi berbagai barang kerajinan rumah tangga cantik yang memiliki nilai jual.
Ketua bank sampah Guyub Rukun Syamsudin mengatakan aneka sampah rumah tangga berupa plastik, karton, dan karet yang dikumpulkan dua pekan sekali itu disulap menjadi berbagai perabotan dan kerajinan. Mulai meja, kursi, pot bunga, hingga replika motor dan mobil.
"Kami tiap dua minggu sekali keliling ke rumah warga untuk mengambil sampah plastik, bekas ban, dan lainnya untuk didaur ulang. Warga yang mengumpulkan sampah kami catat dan timbang untuk dibagikan hasil penjualan daur ulangnya setahun sekali," ujar Syamsudin di Ngawi, Sabtu.
Daur ulang yang dilakukan paguyubannya tersebut telah berjalan selama empat tahun terakhir. Selain didaur ulang menjadi kerajinan, sampah yang tidak bisa diolah disetor ke pengepul. Uang hasil penjualan ditabung di bank sampah dan baru dapat dicairkan setelah mengendap setahun.
"Biasanya pencairannya menjelang bulan Ramadhan atau Lebaran. Hasilnya lumayan, satu tahun warga bisa mendapat Rp400 ribu hingga Rp500 ribu," kata dia.
Seiring berjalannya waktu, banyak warga sekitar yang menyetor sampah ke bank sampah Guyub Rukun.
"Alhamdulillah kesadaran warga RT 02/RW 02 Dusun Soko untuk mendaur ulang sampah saat ini tergolong tinggi, sehingga lingkungan menjadi bersih sekaligus pendapatan mereka bertambah," kata dia.
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), Dinas lingkungan Hidup Ngawi Dwi Rahayu Puspita sangat mendukung upaya yang dilakukan komunitas peduli linkungan yang tergabung dalam bank sampah Guyub Rukun tersebut.
Menurutnya yang dilakukan bank sampah Guyub Rukun sesuai dengan tema yang diusung dalam peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) tahun 2021.
"Temanya yakni sampah menjadi bahan baku ekonomi dalam masa pandemi. Karena itu, kami DLH Ngawi terus memotivasi seluruh bank sampah di Kabupaten Ngawi untuk bergiat karena sampah-sampah yang dihasilkan masyarakat bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku barang yang memiliki nilai ekonomi," kata Dwi Rahayu Puspita.
Pihaknya mengakui selama memasuki masa pandemi, produksi sampah plastik di Ngawi meningkat seiring dengan aktivitas daring.
"Produksi sampah plastik sejak pandemi berlangsung diperkirakan naik 20 persen. Hal itu seiring aktivitas online. Jadi beli makanan lewat online kebanyakan dibungkus plastik," katanya.
Diharapkan semakin banyak warga Ngawi yang mendukung kegiatan daur ulang bank sampah. Paling tidak, kegiatan itu dimulai dari sampah rumah tangga dengan pemilahan antara sampah organik dan anorganik.