Jakarta (ANTARA) - Petenis Kanada Denis Shapovalov merajuk saat wasit menolak permintaannya untuk buang air kecil di toilet saat pertandingannya di Australian Open tengah berjalan.
Petenis peringkat 11 dunia itu dipaksa menjalani lima set maraton sebelum menaklukkan petenis muda Italia Jannik Sinner dan pertandingan tersebut rampung pada Selasa dini hari.
"Apa yang terjadi jika saya harus ke toilet sekarang?" tanya petenis berusia 21 tahun itu, "Apakah saya akan didenda? Saya tidak peduli!" dia mengomel kepada wasit asal Jerman Nico Helwerth, yang menolak permintaannya.
"Apa maksud anda bahwa saya tidak bisa meninggalkan lapangan? Apakah anda akan mendiskualifikasi saya? Saya harus buang air kecil!"
Baca juga: Australia terbuka: Victoria Azarenka tersingkir
Baca juga: Juara Australia Terbuka, Djokovic kembali rebut peringkat satu dunia
Dia meninggikan omelannya ketika wasit juga berkeras tidak mau memberikan izin.
"Saya akan kencing di celana!". "Saya akan kencing di dalam botol."
Setelah melewati pertandingan babak pertama yang penuh tekanan 3-6, 6-3, 6-2, 4-6, 6-4 dalam waktu kurang dari empat jam, dia menyatakan bahwa dirinya perlu lebih sering pergi ke toilet dibandingkan petenis lainnya.
"Pertama-tama, saya hanya boleh mengelap keringat dan mendinginkan kepala saya," katanya.
"Tapi menurut saya itu aturan yang bodoh. Khususnya bagi saya yang punya kantung kemih terkecil, jadi saya benar-benar harus buang air kecil di setiap set. Jadi itu sulit, terutama saat berada di lapangan begitu lama." ujarnya.
"Sebelum pertandingan saya sudah mencoba untuk menghidrasi sebanyak mungkin, tapi tetap saja harus harus kencing lagi."
Peraturan turnamen menyatakan bahwa pemain hanya berhak untuk satu kali istirahat ke toilet selama pertandingan yang berlangsung dalam tiga set dan dua kali untuk lima set.
"Saya pikir kami harus bisa lebih banyak istirahat dan pergi ke toilet, karena kami bisa berada di lapangan selama tiga hingga empat jam," tambah Shapovalov.
Pada babak selanjutnya Shapovalov akan menghadapi Bernard Tomic dari Australia, demikian AFP. (*)