Jakarta (ANTARA) - Karya ikonik Faza Meonk, Si Juki, sudah berkelana dari komik yang beredar di media sosial, buku komik, komik web, pernak-pernik, film layar lebar dan akhirnya menjadi "Si Juki Anak Kosan", serial animasi Indonesia pertama yang tayang di platform Disney+ Hotstar.
Faza Meonk komikus sekaligus sutradara serial membeberkan banyak hal mengenai serial itu, mulai dari proses pembuatan, tantangan, pengisi suara sampai episode favoritnya sejauh ini.
Berawal dari sambutan hangat film layar lebar "Si Juki The Movie: Panitia Hari Akhir" yang rilis akhir 2017, muncul ide untuk mengadaptasinya ke dalam bentuk serial.
"Awalnya belum tahu mau tayang di mana, sampai akhirnya bertemu Disney+," kata Faza dalam wawancara daring, Rabu.
"Si Juki Anak Kosan" disutradarai oleh Daryl Wilson dan disupervisi oleh Faza Meonk.
Ketika membuat film, seluruh tim fokus kepada satu cerita yang akan disuguhkan, namun kini mereka membuat berbagai cerita yang berbeda-beda untuk disajikan ke dalam 13 episode.
Ada sedikit cerita yang diambil dari versi komik, tapi selebihnya khusus dibuat untuk versi serial. Setiap episode bisa dinikmati sendiri-sendiri, ada yang menceritakan kehidupan Si Juki sebagai anak kos, ada juga yang mengambil tema absurd dan mengocok perut.
Salah satu episode favorit Faza adalah ketika Si Juki menjadi jawara kerok berkat koin legendaris miliknya yang bisa mengusir penyakit masuk angin.
Kemasyhuran Juki membuat seorang ahli kungfu menantangnya bertarung untuk menentukan siapa ahli kerok paling cepat. Ada juga episode Si Juki memiliki peliharaan berupa mesin fotokopi, membuat peliharaan lainnya --kecoa-- jadi cemburu.
Faza, yang belum pernah kos selama ini, juga memasukkan unsur cerita-cerita absurd nan kocak untuk menarik lebih banyak penonton sehingga serial ini tak cuma menarik buat mahasiswa yang menjalani suka duka sebagai anak kos.
"Saya harap yang menonton bukan cuma anak kosan, tapi segala lapisan masyarakat. Film animasi itu universal, harusnya bisa dinikmati semua kalangan," jelas dia, menambahkan serial animasi ini juga bisa dinikmati anak-anak yang didampingi orangtua.
Proses pengerjaan berlangsung lebih dari setahun, sempat terhambat akibat pandemi COVID-19 yang membuat tim animasi harus bekerja dari rumah dengan peralatan yang tidak semaksimal di kantor.
Perbedaan mencolok lainnya adalah soal pemilihan pengisi suara. Si Juki versi layar lebar melibatkan banyak nama-nama besar di dunia akting, sebut saja Indro Warkop, Bunga Citra Lestari, Tarzan hingga Butet Kertaradjasa. Untuk versi serial animasi, yang lebih berperan adalah para pengisi suara (dubber) profesional. Ada pula komika Mo Sidik yang mengisi karakter Boy.
Tim produksi juga mencari bakat-bakat baru lewat audisi tertutup yang diminati banyak orang sampai Faza mengaku sempat kesulitan memilih suara terbaik. Lewat audisi ini, mereka mencari pengisi suara amatir yang belum punya pengalaman tapi punya suara yang cocok sebagai karakter di dalam seri Si Juki.
Salah satunya mencari pengisi tokoh Bedu asal Bekasi dengan logat Betawi yang akhirnya jatuh kepada orang yang sehari-harinya bekerja di pabrik. Proses ini memakan waktu lebih panjang karena tim produksi harus mengarahkan orang-orang baru di dunia pengisi suara untuk beradaptasi dan memberikan hasil terbaik. Tapi, ujar Faza, hasilnya sepadan.
Semua pengisi suara merekam semua dialog dan berakting lewat suara, baru setelah itu tim animasi membuatkan visualnya.
Kehadiran "Si Juki Anak Kosan" bisa membuka pintu untuk film dan serial animasi lokal lain untuk berjaya di negeri sendiri. Faza berharap para investor bisa berani untuk mendukung pembuatan film dan serial animasi Indonesia dan semakin banyak karya animator lokal yang menghiasi platform streaming kelak.
Dia berkomitmen untuk terus berinovasi membuat konten terkait Si Juki dalam beberapa tahun mendatang, tapi live action tidak masuk ke dalam rencananya.
Kekuatan unik dari Si Juki adalah visual unik yang belum tentu bisa memuaskan semua orang bila dibuat dalam versi live action. Tapi mungkin Faza berubah pikiran bila karakter ciptaannya menjadi bagian dari karya legendaris puluhan tahun mendatang.
"Mungkin nanti saya berminat," kata dia.
Serial ini mengisahkan Si Juki dan teman-temannya yang tidak kalah eksentrik berusaha untuk bertahan hidup layaknya anak kosan pada umumnya dengan kelakuannya yang absurd. Segudang tantangan dan masalah tentunya kerap hadir di hadapan mereka, namun, sebagai murid kosan eksentrik, Si Juki dan teman-temannya selalu menemukan jalan keluar dengan tingkah mereka yang lucu.
Berawal dari sambutan hangat film layar lebar "Si Juki The Movie: Panitia Hari Akhir" yang rilis akhir 2017, "Si Juki Anak Kosan" menjadi serial animasi Indonesia pertama yang tayang di platform Disney+ Hotstar. “Si Juki Anak Kosan” dirilis secara eksklusif mulai 29 Januari 2021.
Mengenal serial animasi baru "Si Juki Anak Kosan"
Rabu, 27 Januari 2021 18:58 WIB