Lumajang (ANTARA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan status Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut masih tetap level II atau waspada, meskipun ada peningkatan aktivitas vulkanik.
"Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental, serta potensi ancaman bahayanya, maka tingkat aktivitas Gunung Semeru masih ditetapkan pada level II (waspada)," kata Kepala Subbidang Mitigasi Gunung api Wilayah Barat PVMBG Nia Haerani dalam siaran pers PVMBG yang diterima ANTARA di Kabupaten Lumajang, Jawa Tmur, Sabtu malam.
Baca juga: Gunung Semeru kembali erupsi, luncurkan awan panas guguran sejauh 4,5 km
Gunung Semeru kembali erupsi dan meluncurkan awan panas guguran dengan jarak luncur empat kilometer ke arah Besuk Kobokan pada pukul 17.24 WIB. Aktivitas guguran lava juga terjadi dengan jarak luncur antara 500-1.000 meter dari Kawah Jongring Seloko ke arah Besuk Kobokan.
"Pada hari ini pukul 17.24 WIB terekam gempa awan panas guguran dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi durasi 4287 detik," katanya.
Baca juga: PVMBG: Status Gunung Semeru tetap waspada
Ia menjelaskan pada 1 Januari 2021, pukul 14.58 WIB, terjadi awan panas guguran dengan jarak luncuran dan arah luncuran tidak dapat teramati karena gunung tertutup kabu.
Selama periode 1-15 Januari 2020 teramati aktivitas guguran lava pijar dengan jarak luncur 500-1.000 meter arah Besuk Kobokan. Kolom asap letusan teramati dengan ketinggian 200-300 meter, warna asap putih tebal condong ke utara, kemudian sinar api teramati setinggi 10 meter di atas puncak.
Baca juga: Gunung Semeru masih fluktuatif dan erupsi terjadi tidak terus-menerus
Jumlah dan jenis gempa Gunung Semeru yang terekam periode 1-15 Januari 2021 didominasi oleh gempa guguran, gempa letusan, gempa embusan, dan getaran tremor harmonik.
Gempa-gempa vulkanik (gempa vulkanik dalam dan vulkanik dangkal) terekam dengan jumlah rendah dan selama periode pengamatan terekam gempa awan panas guguran satu kali, sedangkan getaran banjir terekam 14 kejadian.
"Setelah kejadian awan panas guguran pada 1 Desember 2020, secara visual menunjukkan masih tingginya kejadian guguran lava pijar dengan jarak luncur berkisar antara 500-1.000 meter arah Besuk Kobokan, sedangkan awan panas guguran masih teramati satu kejadian," katanya.
Menurut dia, kegempaan masih berfluktuatif, didominasi oleh gempa-gempa permukaan. Jumlah kejadian gempa guguran, gempa letusan, gempa hembusan, dan getaran tremor harmonik dalam periode ini masih tinggi, hal ini mengindikasikan pergerakan magma ke permukaan masih terjadi.
Namun, jumlah getaran banjir mulai meningkat, mengindikasikan mulai meningkatnya kejadian lahar di aliran Besuk Kobokan seiring meningkatnya curah hujan di wilayah tersebut.
"Saat ini arah luncuran awan panas dan guguran mencapai jarak luncur maksimum empat kilometer ke sektor tenggara dan selatan dari puncak. Selain itu, dapat terjadi lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di daerah puncak," ujarnya.