Lumajang (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang mengimbau warga tidak berwisata atau mengunjungi lokasi bencana aliran lahar Gunung Semeru, khususnya di sepanjang Curah Koboan dan sekitarnya karena berbahaya.
"Kami imbau kepada masyarakat untuk tidak berwisata atau mengunjungi lokasi bencana karena masih ada potensi luncuran awan panas maupun lahar dingin yang dapat membahayakan keselamatan warga," kata Kepala Bidang Pencegahan Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Kabupaten Lumajang, Wawan Hadi Siswoyo, di Lumajang, Jumat.
Ia mengatakan lokasi bencana di Curah Koboan masih rawan karena ada sisa-sisa material Gunung Semeru, sehingga apabila ada hujan turun maka berpotensi terjadi lahar dingin.
"Sepanjang Curah Koboan sangat rawan karena masih ada sisa material luncuran awan panas dan ketika hujan turun maka berpotensi jadi lahar dingin dan terjadi letupan yang berbahaya bagi keselamatan warga," tuturnya.
Untuk mengantisipasi adanya warga yang berkunjung ke lokasi bencana, BPBD telah menurunkan empat personil di setiap titik penjagaan bersama aparat kepolisian dan TNI.
"Sampai saat ini masih ada tim gabungan untuk menghalau warga yang berkunjung ke lokasi bencana dan kami juga sudah pasang garis pembatas dan papan peringatan," katanya.
Bupati Lumajang menetapkan status tanggap darurat erupsi Gunung Semeru melalui Surat Keputusan Bupati Lumajang Nomor 188.45/419/421.12/2020 tentang Status Tanggap Bencana Letusan Gunung Semeru dan mendirikan posko terpadu penanggulangan bencana yang berada di Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro.
Beberapa personel dikerahkan di posko untuk melakukan tinjauan ke lokasi terdampak awan panas guguran, kemudian pembuatan tanggul darurat di DAS Rejali, Dusun Kebondeli Utara sebagai antisipasi penanganan darurat tanggul di Dusun Kebondeli Selatan, Desa Sumberwuluh.
"Personel juga siaga untuk pergerakan evakuasi warga untuk mengantisipasi potensi banjir dan material awan panas guguran karena hasil pantauan ditemukan ada beberapa titik lahar dingin baru karena jalur utama mulai tertutup material endapan awan panas guguran," ujarnya.