Surabaya (ANTARA) - Departemen Manajemen Teknologi (MT) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) meluncurkan dua program studi baru yaitu bidang keahlian Manajemen Desain Inovasi (program magister) dan program doktor untuk Manajemen Teknologi.
Kepala Departemen Manajemen Teknologi ITS Prof I Nyoman Pujawan di Surabaya, Jumat mengatakan sebelumnya ITS telah meluncurkan bidang keahlian yaitu Supply Chain Management dan Business Analytics pada 2018 agar terus relevan dengan kebutuhan industri.
"Pengembangan itu kemudian disusul dengan menambah satu lagi bidang keahlian yang menurut saya juga sangat relevan dengan kebutuhan industri yaitu Manajemen Desain Inovasi, pada tahun ini," ujarnya.
Tidak berhenti di program magister, Nyoman menjelaskan bahwa ada banyak sekali tuntutan dunia kerja yang membutuhkan kualifikasi pendidikan yang lebih tinggi. Berdasarkan alasan tersebut, MT ITS memulai adanya program doktor.
Nyoman menjelaskan, ada perbedaan mendasar antara program Doktor Manajemen Teknologi ITS dengan program doktor konvensional yang telah dimiliki ITS yang selama ini lebih menitikberatkan pada pengembangan sisi keilmuan.
"Kami mengikuti model yang di luar negeri disebut Doctor of Business Administration yang memang ditawarkan untuk menjadi jembatan yang baik antara pengembangan keilmuan dengan tuntutan dunia praktis," tuturnya.
Perbedaan tersebut, menurut Nyoman, telah disesuaikan dengan karakteristik mahasiswa MT ITS yang memang berbeda dengan departemen lain di ITS karena hampir semua mahasiswanya telah bekerja sebagai pekerja profesional. Pendekatan proses pembelajarannya tentu tidak akan sama.
"Kompleksitasnya jauh lebih tinggi karena kita lebih menghadapi individu-individu dengan variasi kondisi yang berbeda,” ujarnya.
Senada, Rektor ITS Prof Mochamad Ashari membenarkan bahwa karakteristik program doktor MT ITS ini lebih menekankan pada penyelesaian masalah praktis yang kompleks di suatu kasus industri dengan landasan keilmuan.
Berbeda dengan program studi (prodi) lain yang tesis atau disertasinya lebih banyak membahas dalam pengembangan ilmu serta mencari invensi-invensi atau penemuan baru.
Meskipun pendekatannya berbeda, guru besar asal Sidoarjo ini melihat adanya kontribusi dari MT ITS.
Kontribusi yang pertama adalah membantu meningkatkan persentase mahasiswa yang bekerja. Yang kedua, peserta dari MT ITS ini adalah pekerja profesional yang mana nanti setelah lulus akan memiliki ikatan profesional yang menjadi modal baik dalam bidang networking.
"Meskipun sistem pembelajaran ataupun topiknya berbeda dengan prodi lain, kami tetap mengharapkan ada kontribusi di sisi akademik khususnya di program doktornya nanti seperti publikasi atau inovasi dalam rangka memenuhi reputasi ITS baik di mata nasional maupun internasional," katanya. (*)