Surabaya (ANTARA) - WFH atau Work From Home. Kalimat singkat yang sangat melekat di telinga kita hari-hari ini.
Ya, WFH adalah salah satu program pemerintah yang dicetuskan untuk menanggulangi dan mencegah meluasnya penyebaran virus corona atau COVID-19.
Tak hanya pelajar segala tingkatan (PAUD hingga mahasiswa S3 sekalipun), program itu juga berlaku untuk para pekerja, baik swasta maupun aparatur sipil negara atau pegawai negeri.
Awalnya WFH dijadwalkan dua pekan, tapi diperpanjang, entah sampai kapan. Yang jelas, sampai COVID-19 ini tak berkeliaran di bumi Indonesia.
Bosan memang berhari-hari dan berpekan-pekan di rumah. Tapi, mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus menjalankannya. Jangan sampai karena bosan, lalu nekat keluar rumah, kemudian tertular. Sayangi diri kita dan lindungi keluarga kita.
Selama WFH, tentu ada hikmah yang didapat di rumah. Seperti saling mengenali karakter pribadi, baik suami, istri serta anak.
Bagi suami, saat WFH dia mengerti bagaimana kehidupan sang istri yang sebelumnya kurang diketahui suami karena sibuk bekerja seharian. Bagaimana istri memasak, mencuci bahkan membersihkan rumah.
Belum lagi sang istri harus merawat anak-anak. Menyiapkan dan menyuapi makan anak, memandikan anak, sampai meninabobokkannya. Banyak yang baru tahu, ternyata istri adalah sosok yang multitasking.
Bagi istri, saat WFH, dia mengerti bagaimana sang suami mencari nafkah. Duduk di kursi dengan kertas bertumpuk, menghadap laptop dan melihat susahnya memikirkan ide cemerlang untuk perusahaan.
Di rumah, sang istri juga bisa merasakan sensasi mengadukkan segelas kopi yang biasa dibuatkan pesuruh di kantor. Mungkin lebih enak kopi buatan istri bukan?
Bagi anak, saat WFH, dia mengerti bagaimana ayah dan ibunya bekerja. Sang anak melihat bagaimana cara ayahnya mencari nafkah, dan menyaksikan ikhlasnya ibu memberikan yang terbaik untuk keluarganya.
Dengan tetangga juga begitu. Dulu ada yang hanya bertegus sapa, say hallo, tapi sekarang lebih kenal karena tergabung dalam satu grup di WhatsApp yang dimotori oleh perangkat RT-RW untuk kepentingan informasi sehari-hari.
Di sisi lain, WFH juga "memaksa" para pekerja, terutama guru semakin terasah kualitas sumber daya manusianya.
Biasanya memberi tugas secara konvensional, tapi sekarang harus memanfaatkan teknologi informasi. Belum lagi absensi ke kepala sekolah, yang juga harus menggunakan smartphone, lengkap dengan aplikasi khusus.
WFH pun membuat kita membiasakan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Kalau dulu cuci tangan hanya sebelum dan setelah makan, sekarang rasanya menjadi kewajiban sebelum dan setelah beraktivitas apapun.
Demi percepatan penanganan COVID-19, ayo ikuti anjuran pemerintah. Jangan keluar rumah. Juga jangan mudik dulu. Sabar dan tunda kepulangan sampai virus itu pergi.
Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan saling melindungi di antara kita. Yakinlah, badai COVID-19 segera berlalu.