Surabaya (ANTARA) - Anggota Komisi VI DPR RI yang membidangi masalah perdagangan, Mufti Anam meminta masyarakat tidak melakukan panic buying atau memborong barang kebutuhan pokok dalam skala besar di tengah kekhawatiran penyebaran virus corona alias COVID-19, karena akan merugikan semua sektor.
"Hal ini akan merugikan semua pihak, terutama kelompok menengah ke bawah yang tidak punya kemampuan untuk membeli barang kebutuhan pokok dalam jumlah besar," kata Mufti kepada wartawan di Surabaya, Kamis.
Mufti yang juga menjabat Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jawa Timur ini mengaku sudah mengecek ke beberapa pedagang dan diketahui yang memborong barang mayoritas kelas menengah ke atas.
"Oleh karena itu, saya mendukung upaya Presiden Jokowi melakukan stabilisasi harga. Sejumlah langkah telah ditempuh untuk memastikan ketersediaan stok bahan kebutuhan pokok hingga Lebaran mendatang, salah satunya kebijakan membatasi pembelian sejumlah bahan pokok harus didukung," katanya.
Mufti mengatakan, upaya pemerintah butuh didukung kesadaran bersama, sebab tidak bisa bekerja sendirian.
"Saatnya seluruh rakyat Indonesia kompak, bergotong royong, dalam situasi yang tak mudah ini,” ujar politisi PDI Perjuangan tersebut.
Mufti mengatakan, saat ini harga sejumlah bahan kebutuhan pokok memang melonjak, seperti minyak goreng, cabai rawit dan bawang, dan gula yang tembus kisaran Rp16.000 sampai Rp17.000 per kilogram.
"Kami harap beberapa langkah stabilisasi lewat operasi pasar maupun penambahan suplai ke pasar walaupun itu lewat impor bisa menstabilkan harga di pasar. Selain itu beberapa komoditas akan masuk panen seperti cabai yang panen sekitar Maret sampai Mei 2020 pasti itu juga turut mengoreksi harga. Intinya, kalau semua tidak membeli berlebihan, stok cukup,” ujarnya.
Mufti menambahkan, pihaknya telah meminta Kementerian Perdagangan untuk memperhatikan rantai pasok bahan baku sejumlah pelaku usaha di Tanah Air yang terhambat karena masalah pandemik corona ini. Hal tersebut terutama terkait bahan baku dari CHina yang mulai seret datang ke Indonesia.
"Saya sudah cek ke beberapa pelaku usaha, jika pandemik ini terjadi sekitar tiga bulan, stok bahan baku, barang modal, maupun komponen lain yang berbasis impor masih mencukupi. Tapi jika berlangsung lebih lama, mereka akan kesulitan bahan baku. Produksi terganggu, barang langka, dan berpotensi melambungkan harga sejumlah barang,” ujarnya.
Ia mengatakan, Kemendag perlu mendorong pencarian sumber impor baru di luar China.
"Kita semua berharap masalah ini segera berlalu agar ekonomi Indonesia bisa kembali stabil dan tumbuh," kata politisi kelahiran Banyuwangi ini.