Malang (ANTARA) - Teknologi Augmented Reality (AR) Batik karya mahasiswa program Magister Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (Filkom UB) Malang mampu memangkas atau menghemat waktu pembuatan batik hingga 80,24 persen.
Teknologi AR Batik yang dihasilkan Wahyu Teja yang sekaligus sebagai bahan tesis itu di bawah bimbingan dua dosennya, yakni Dr Eng Herman Tolle dan Dr Eng Ahmad Afif Supianto.
"Dari total waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan batik tradisional, tahapan membatik adalah yang paling banyak memakan waktu. Hal ini dikarenakan adanya tahapan membuat pola yang berulang dengan menggunakan pensil kemudian ditindas dengan lilin," kata Teja di Malang, Jawa Timur, Kamis.
Belum lagi, lanjutnya, penggambaran pola batik itu sendiri rawan terjadi kesalahan karena kurang hati-hatinya perajin.
Untuk mengatasi masalah pembuatan motif/pola batik tersebut, Wahyu Teja, melakukan penelitian membuat teknologi yang diberi nama Augmented Reality Batik (AR Batik).
Teja menerangkan bahwa teknologi ini memanfaatkan teknologi augmented reality berbasis marker. Teknologi ini mampu menampilkan motif batik digital jika dihadapkan pada kain yang telah diberi penanda titik khusus.
Dengan demikian, lanjutnya, pembuat batik tidak perlu menggambar motif batik dengan pensil terlebih dulu pada kain, karena motif batik langsung ditampilkan pada permukaan kain oleh aplikasi.
Hal ini dapat mengurangi waktu pada tahap pembuatan pola, sehingga proses produksi batik secara keseluruhan dapat lebih efektif dan efisien.
"Kebanyakan tujuan penggunaan teknologi AR ini adalah bisa leluasa secara natural berinteraksi dengan objek digital. AR itu teknologi yang mampu memasukkan konten digital ke dunia nyata. Jadi, pengguna itu bisa merasakan konten digital dan dunia nyata sekaligus (bersamaan) dalam satu waktu dengan pancainderanya," ujarnya.
Teknologi temuan Teja ini telah diujicobakan pada produsen batik, Anjani Batik Galery yang berlokasi di Kota Batu, Jawa Timur.
Produsen ini dipilih karena sudah banyak memperoleh penghargaan di bidang batik tulis dan setiap bulannya mampu memproduksi lebih dari 200 potong kain batik, dengan peminat dari dalam dan luar negeri.
Dari ujicoba tersebut diperoleh hasil, penggunaan AR batik terbukti mampu mempercepat proses produksi batik tulis.
Tercatat, jika menggunakan metode tradisional, waktu yang dibutuhkan membuat selembar kain batik mencapai 45,21 menit, sedangkan jika menggunakan teknologi AR batik, waktu yang dibutuhkan hanya 8,93 menit. "Dengan kata lain AR Batik mampu menghemat 80,24 persen waktu dalam proses pembuatan batik jika dibanding menggunakan cara tradisional," ucapnya.
Teknologi AR karya mahasiswa Universitas Brawijaya percepat pembuatan batik
Kamis, 28 November 2019 22:38 WIB