Surabaya (ANTARA) - Pemerintah Kota Surabaya akan membentuk tim untuk mempersiapkan pelayanan kedokteran nuklir di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bhakti Dharma Husada (BDH) dan radio terapi di RSUD dr. Soewandhi.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita, di Surabaya, Selasa, mengatakan masing-masing tim yang dibentuk tersebut terdiri dari akademisi, dokter, kepolisian, dan dinas yang terkait.
"Kami sengaja bergerak cepat, supaya setelah pembentukan tim ini mereka dapat bekerja semaksimal mungkin," katanya.
Fenny menargetkan projek ini dapat selesai di tahun 2020 mendatang, sehingga semua persiapan dilakukan sejak saat ini. "Mudah-mudahan 2020 kelar dan bisa beroperasi, untuk pembangunan ruangan nanti bisa berkoordinasi dengan Dinas Cipta Karya," katanya.
Menurut dia, pembaharuan pelayanan ini akan secepatnya direalisasikan, meskipun sebelumnya radioterapi dan kedokteran nuklir sudah pernah diterapkan di RSUD dr Soetomo. Namun, seiring berjalannya waktu pelayanan itu sudah tidak ada.
Ada beberapa rumah sakit di Surabaya yang menerapkan sistem pelayanan radioterapi seperti Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) dan Adi Husada. Tetapi untuk kedokteran nuklir hanya ada di empat kota besar di Indonesia, di antaranya Surabaya.
Ia memastikan bahwa inovasi tersebut sengaja disiapkan untuk melayani warga Kota Surabaya. Meskipun sebelumnya RSUD Soetomo juga pernah memiliki pelayanan itu. "Tidak perlu khawatir, kami terus berupaya untuk melayani masyarakat yang terbaik," katanya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelumnya melakukan rapat koordinasi dengan para akademisi dari berbagai universitas dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) untuk meningkatkan inovasi pelayanan di RSUD dr Soewandhi dan RSUD BDH di Rumah Dinas Wali Kota Surabaya, Senin (16/9).
Pada saat itu Wali Kota Risma meminta dukungan penuh kepada pihak-pihak terkait untuk mewujudkan dua pelayanan itu. "Saya berharap para dokter untuk membantu pelayanan itu, terus terang saya kasihan para pasien penyakit kanker yang menunggu antrean untuk radioterapi terlalu lama," katanya.
Ia menjelaskan, para pasien penderita penyakit kanker selama ini menunggu antrean untuk radioterapi kurang lebih minimal 4-6 bulan. Sebelum itu, mereka hanya rawat jalan dan terapi pada umumnya.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya tergerak untuk menciptakan inovasi pelayanan radioterapi. Hal ini mengingat jumlah rumah sakit di Surabaya yang menyediakan pelayanan tersebut hanya beberapa.
"Nantinya ini akan sangat membantu para pasien, kalau perlu ruangannya didesain berbeda agar tidak seperti di rumah sakit. Mari kita bantu mereka bersama-sama," katanya.
Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Hendrig Winarto mengatakan, pihaknya siap mendukung penuh dua program yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya itu. "Sebenarnya nuklir itukan banyak manfaatnya, bisa digunakan energi bauran, termasuk kedokteran nuklir," katanya. (*)
Pemkot Surabaya akan bentuk tim pelayanan kedokteran nuklir-radioterapi
Selasa, 17 September 2019 10:16 WIB