Tulungagung (ANTARA) - Permukaan elevasi air Waduk Wonorejo, Tulungagung, Jawa Timur, menurun cukup drastis selama empat bulan terakhir sebagai dampak kemarau yang berlangsung sejak April 2019 di daerah itu.
Kepala Sub Divisi Jasa ASA I-3 Perum Jasa Tirta, Hadi Witoyo di Tulungagung, Kamis, mengatakan saat ini ketinggian elevasi air waduk sekitar dua meter dari pola.
"Ada penyusutan, tapi cadangan air masih cukup hingga akhir kemarau di November nanti," kata dia.
Hadi menjelaskan bahwa pada periode Agustus ini target pola elevasi air adalah 174 mdpl (meter di atas permukaan air laut).
Namun, kata dia, aktualisasi yang ada (existing) saat ini mencapai 176 mdpl yang artinya ada surplus air cadangan lebih dari dua meter.
"Dengan ketinggian elevasi itu cadangan air di Waduk Wonorejo mencapai sekitar 64 juta meter kubik. Masih sangat banyak, cukup hingga akhir musim," kata dia.
Masalahnya, ujar dia, input air pengisi waduk saat ini sudah sangat kecil.
Kali Song sebagai penyuplai air terbesar bagi Waduk Wonorejo, saat ini sudah tidak mampu menyuplai air lagi ke waduk. Debit aliran airnya sangat kecil, bahkan cenderung kering.
"Saat ini sudah nol, sumber asli itu untuk layanan irigasi saja," katanya.
Untuk tiga anak sungai lainnya yang menjadi penyuplai air, seperti Kali Putih, Kali Wangi, dan Kali Bodeng debitnya saat ini paling besar antara 1-1,5 meter kubik yang masuk ke waduk.
Jika kemarau berkepanjangan hingga melewati November mendatang, Perum Jasa Tirta akan melakukan revisi terhadap pola "output" air, misalnya dengan mengurangi jatah air untuk irigasi.
"Dalam kondisi ekstrem ada rapat untuk merevisi layanan menurunkan layanan menjadi 80 persen," katanya.