Kediri (ANTARA) - Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Kediri, Jawa Timur, mengungkapkan realisasi penyadapan getah pinus di wilayah ini masih sekitar 50 persen dari total target selama 2019 yakni 9.160 ton.
"Realisasi masih sekitar 50 persen. Di kemarau seperti sekarang ini penyadapan tetap jalan, bahkan produksi getah pinus sedang tinggi," kata Kepala Sub Seksi Komunikasi Perusahaan dan Pelaporan Perum Perhutani KPH Kediri Bagio Trihandoyo di Kediri, Rabu.
Ia mengatakan, saat ini seluruh pekerja dikerahkan untuk memanen getah pinus. Hasil dari panen itu akan dikumpulkan oleh para pekerja. Aktivitas penyadapan biasanya dilakukan para pekerja setiap 10 hari sekali dengan mengambil getah di pohon-pohon yang batangnya sudah dilukai.
Getah itu diambil dari pohon pinus. Biasanya, setiap pohon pinus yang usianya di atas enam tahun atau dengan diameter 25-30 sentimeter sudah bisa menghasilkan getah. Setiap pohon pinus yang disadap bisa menghasilkan sekitar 9 gram getah per hari.
Pihaknya juga optimistis target getah pinus bisa terealisasi. Pada 2019, targetnya adalah 9.160 ton getah pinus. Hal itu juga dipengaruhi dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, dimana realisasi getah mampu hingga 100-110 persen.
Di kemarau seperti ini, pihaknya juga mewaspadai berbagai potensi bencana, misalnya kebakaran hutan. Selama 2019, ada satu laporan kebakaran hutan yang melanda lereng Gunung Wilis (2.563 meter di atas permukaan laut/mdpl) sekitar dua pekan lalu.
Menurut dia, dari laporan yang diterima kebakaran itu terjadi di lereng Gunung Wilis bagian utara dari Kabupaten Madiun. Ada sekitar dua hektare lahan yang terbakar, namun langsung ditangani oleh petugas, sehingga tidak sampai menyebar luas.
"Dampak kekeringan di kawasan hutan prinsipnya tidak berdampak sama sekali. Jika ada kemungkinan kebakaran masih bisa kami halau, karena di Perhutani kami siapkan personel dibantu BPBD, LMDH, pejabat dari desa, kecamatan, saling sinergi untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan," kata dia.
Pihaknya juga membuat aturan untuk membatasi aktivitas para pendaki demi mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan khususnya saat kemarau salah satunya kebakaran. Selain itu, petugas juga terus disiagakan di wilayah Perhutani Kediri.
"Petugas ditempatkan di pos yang kemungkinan ada pendakian. Kami cegah, kalau bisa dihindari naik ke atas gunung, jangan sampai masyarakat ada yang membawa alat yang bisa mengakibatkan kebakaran. Kami juga batasi kegiatan baik pecinta alam, pelatihan di kawasan hutan yang bermalam. Kami hanya berikan izin di siang hari, jadi benar-benar aman," kata dia.
Di Perhutani Kediri, luas lahannya hingga 117 ribu hektare mulai dari Pare, Kabupaten Kediri, lalu Kecamatan Pace di Nganjuk, Tulungagung, serta Trenggalek. Selain ditanami sengon, juga ada pinus, jati, serta sejumlah tanaman kayu lainnya. (*)