Malang (ANTARA) - Sebanyak 37 penyandang disabilitas bersaing untuk memperebutkan kursi mahasiswa baru Universitas Brawijaya (UB) Malang melalui Seleksi Mandiri Penyandang Disabilitas (SMPD) di kampus setempat.
Ke-37 peserta SMPD tersebut bakal menjalani tes selama tiga hari, Selasa-Kamis (16-18/7) di beberapa lokasi di kawasan kampus UB Malang dengan didampingi pendamping.
"Seleksi kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Kami juga akan melakukan seleksi untuk program pascasarjana. Saat ini kami baru membuka untuk program sarjana. Nanti akan kami buka untuk program pascasarjana," kata Kabid Humas dan Advokasi Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) UB Malang Wahyu Widodo di Malang, Selasa.
Wahyu menambahkan pada hari pertama peserta akan mengikuti tes akademik dan psikotes. Sedangkan hari kedua dan ketiga akan diadakan wawancara dengan program studi dan PSLD.
Ke-37 calon mahasiswa tersebut terdiri dari 15 tuli (tuna rungu) tiga disabilitas netra, dan sembilan disabilitas mental.
Pelaksanaan tes dilakukan di beberapa tempat, antara lain di laboratorium komputer Gedung FIB UB Lantai 7 dan Gedung TIK Kantor Pusat UB lantai 4.
Wahyu mengatakan proses pelaksanaan tes kali ini menggunakan sistem gugur. Jika di tes pertama peserta gugur, yang bersangkutan tidak bisa melanjutkan tes selanjutnya.
Dia mengatakan dibandingkan dengan jumlah pendaftar tahun-tahun sebelumnya, pada 2019 jumlah pendaftar turun hingga dua per tiga. Penurunan jumlah pendaftar ini merupakan efek positif dari semakin banyaknya kampus di Indonesia yang menerima mahasiswa dengan disabilitas.
Sementara itu, Ketua Pelaksana tes Alies Poetri Lintangsari mengatakan untuk tes kali ini tidak membutuhkan banyak pendampingan karena PSLD sudah menyediakan software khusus bagi penyandang disabilitas tuna netra, sehingga mereka bisa mengerjakan soal yang dirupakan dalam bentuk suara.
"Pendampingan ekstra dibutuhkan untuk peserta disabilitas tuli yang harus diterjemahkan dalam bahasa isyarat," kata Lintang.
Selain pelaksanaan tes, kata dia, kegiatan tersebut juga diisi dengan sosialisasi beasiswa penyandang disabilitas. Alur tahapan beasiswa disabilitas, pertama siswa diterima di perguruan tinggi, kemudian perguruan tinggi melakukan seleksi dan verifikasi data pendukung.
Selanjutnya, kata Lintang, perguruan tinggi mengusulkan beasiswa difabel ke DITJEN Belmawa untuk verifikasi kuota, Ditjen kemudian menginformasikan nama-nama ke perguruan tinggi dan perguruan tinggi memasukkan nama-nama ke sistem belmawa.
"Ada beberapa jenis beasiswa yang ditawarkan oleh UB untuk mahasiswa difabel, di antaranya beasiswa prestasi, PPA, afirmasi, dan bidikmisi.
37 difabel bersaing rebut kursi mahasiswa baru Universitas Brawijaya
Selasa, 16 Juli 2019 18:52 WIB
Pendampingan ekstra dibutuhkan untuk peserta disabilitas tuli yang harus diterjemahkan dalam bahasa isyarat,