Jakarta (ANTARA) - Komandan Lanud Silas Papare, Marsma TNI Tri Bowo mengakui berdasarkan Citra Satelit terdeteksi ada lima titik panas di sekitar "route" yang dilintasi Helikopter MI 17 yang hilang kontak dalam penerbangan Oksibil-Jayapura di Provinsi Papua.
"Memang betul ada laporan terdeteksinya lima titik panas di sekitar pegunungan di kawasan Oksibil, namun belum dapat dipastikan sensor apa itu.
Tim SAR gabungan saat ini sudah bergerak ke kawasan pegunungan yang diduga asal titik panas yang terdeteksi melalui satelit," katanya kepada ANTARA di Jayapura, Minggu.
Ia menambahkan tim SAR saat ini berupaya mendekati lokasi yang terpancar di satelit guna memastikan apakah itu tanda keberadaan helikopter atau bukan.
Untuk menjangkau lokasi tersebut, menurut dia, tidak mudah karena berada di ketinggian dengan tingkat oksigen yang relatif tipis
.
"Apalagi cuaca di kawasan itu sering kali berubah dengan cepat dan tidak bersahabat sehingga menyulitkan untuk dilakukan pencaharian," katanya.
Tri Bowo menambahkan bahwa pencarian pada hari Minggu (30/6) sudah dihentikan dan akan dilanjutkan pada Senin (1/7).
Helikopter MI 17 dengan nomor registrasi HA-5138 yang membawa 12 penumpang beserta awaknya sebelumnya terbang ke Okbibab untuk melakukan pengiriman logistik kepada prajurit yang bertugas di wilayah tersebut.
Okbibab, merupakan salah satu distrik atau kecamatan di Papua yang berbatasan dengan Papua Nugini (PNG).
Sekitar pukul 11.44 WIT helikopter terbang ke Jayapura dan sesaat setelah terbang, yakni pukul 11.49, WIT pilot sempat mengucapkan terima kasih setelah melaporkan terbang di ketinggian 7.800 feet, 6 notical mile ke utara.
Adapun nama anggota satuan tugas pengamanan perbatasan (Satgas Pamtas) Yonif 725/WRG yang ikut dalam helikopter tersebut yaitu Serda Ikrar Setya Nainggolan, Pratu Yanuarius Loe, Pratu Risno, Prada Sujono Kaimuddin dan Prada Tegar Hadi Sentana.
Sedangkan nama-nama awak helikopter tersebut yaitu Kapten (Cpn) Aris (pilot), Lettu (Cpn) Bambang (pilot), Lettu (Cpn) Ahwar (co pilot), Serka Suriyatna, Serda Dita, Praka Dwi Purnomo dan Pratu Aharul.