Surabaya (ANTARA) - Bencana banjir, tanah longsor maupun dampak angin kencang melanda sejumlah daerah di Jawa Timur dalam beberapa hari terakhir ini hingga mengakibatkan kerugian materiil dan akses transportasi terganggu.
Sejumlah daerah yang dilanda bencana banjir, tanah longsor dan terpaan angin kencang itu di antaranya Madiun, Bojonegoro, Tuban, Pamekasan, Tulungagung dan Trenggalek.
Di Trenggalek, bencana banjir bandang dan tanah longsor melanda belasan desa di 10 kecamatan akibat hujan deras selama tujuh jam sehingga memicu luapan air beberapa anak sungai di daerah itu sejak Rabu (6/3) malam hingga Kamis.
Belum ada laporan korban jiwa. Namun ratusan rumah terendam banjir hingga ketinggian 1,5 meter dan beberapa ruas jalan terputus.
"Pendataan (dampak kerusakan) sampai saat ini masih terus dilakukan. Tapi pantauan terakhir ada di 10 kecamatan," kata Plt Bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin dikonfirmasi di sela penyaluran bantuan makanan ke rumah-rumah warga terdampak banjir.
Informasi BPBD setempat, 10 kecamatan yang terdampak bencana banjir dan longsor tersebar di Kecamatan Trenggalek, Pogalan, Tugu, Panggul, Suruh, Bendungan, Karangan, Dongko, Pule dan Munjungan.
Kondisi terparah terpantau di wilayah kota atau Kecamatan Trenggalek, Pogalan dan Panggul.
Air bah yang menerjang akibat luapan Sungai Ngasinan menyebabkan pemukiman warga di Kelurahan Kelutan, Desa Ngadirenggo, Wonocoyo, Ngrayung, Ngetal dan Bendorejo terendam air hingga kedalaman satu meter lebih.
Pada Rabu (6/3) malam, debit air bah yang datang bahkan menyebabkan beberapa ruas jalan nasional terputus.
Tim SAR gabungan bahkan harus mengevakuasi sejumlah warga seperti orang tua atau manula, wanita hamil dan balita ke tempat yang aman.
"Siang ini kami pastikan logistik bantuan, terutama kebutuhan pangan untuk warga yang rumahnya terendam mulai tersalurkan," kata M Nur Arifin atau biasa disapa Mas Ipin.
Di Kecamatan Panggul, Ipin menyatakan bahwa banjir sudah mulai surut pada Kamis siang. Demikian juga di wilayah Kota Trenggalek maupun Pogalan.
Debit air berangsur turun sehingga warga kembali ke rumah masing-masing dan mulai melakukan pembersihan.
Diperkirakan, banjir lanjutan masih akan terjadi dan melanda pemukiman di desa-desa yang berada di sekitar jalur Sungai Ngasinan hingga Parit Agung menuju muara Bendung Niyama di wilayah Kecamatan Besuki, Tulungagung.
Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur menetapkan status siaga bencana seiring banjir dan tanah longsor yang melanda 10 dari 14 kecamatan di daerah itu sejak Rabu (6/3) malam.
"Karena dampaknya yang begitu luas, ya otomatis kami tetapkan status siaga bencana," kata Plt Bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin di Trenggalek, Kamis.
Tak hanya melakukan langkah kedaruratan dengan menyalurkan bantuan pangan dan evakuasi warga yang terdampak banjir.
Nur Arifin atau Mas Ipin juga memastikan akan segera bersurat ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur terkait penetapan status siaga bencana itu agar bisa diteruskan ke pemerintah pusat.
Respon Pemprov Jatim diharapkan bisa mendukung upaya penanganan pascabencana seperti penyaluran bantuan untuk perbaikan infrastruktur serta bantuan pangan dan obat-obatan bagi warga yang terdampak.
Hingga saat ini BPBD Trenggalek mencatat ada puluhan desa di 10 kecamatan yang terdampak banjir dan tanah longsor.
Tiga kecamatan yang paling parah terdampak banjir adalah Kecamatan Trenggalek, Pogalan serta Panggul.
Kendati berangsur surut, di sejumlah pemukiman di tiga kecamatan itu ketinggian air masih sekitar satu meter.
Proses evakuasi masih terus dilakukan, demikian juga dengan penyaluran bantuan pangan, seperti roti, makanan cepat saji serta nasi bungkus yang terus didistribusikan ke titik-titik kawasan pemukiman yang mengalami dampak parah.
"Kami juga sudah dirikan beberapa dapur umum untuk membantu logistik pangan warga, karena saat bencana banjir dan longsor seperti ini mereka tentu tidak bisa mengolah kebutuhan pangan sendiri," ujarnya.
Sejumlah warga yang rumahnya terendam banjir juga mengaku sangat butuh bantuan pangan.
Sebagian mereka khawatir bantuan pangan yang disalurkan tidak sampai hingga pelosok lokasi terdampak. Pasalnya, bantuan biasanya habis di titik distribusi atau habis di jalan dimana terdapat konsentrasi warga maupun pengungsi.
"Pengalaman tahun-tahun lalu saat terjadi bencana (banjir), bantuan pangan seperti itu habis di jalan. Biasanya begitu datang bantuan pangan, warga yang di jalan langsung mengerubuti sehingga kami yang bertahan di rumah-rumah tidak kebagian," ucap Suharlan, warga Desa Ngadirenggo, Kecamatan Pogalan.
Diperkirakan, banjir masih akan terjadi dan melanda pemukiman di desa-desa yang berada di sekitar jalur Sungai Ngasinan hingga Parit Agung menuju muara Bendung Niyama di wilayah Kecamatan Besuki, Tulungagung karena cuaca masih hujan.
Pamekasan
Sementara itu, Kodim dan Polres Pamekasan, Jawa Timur, Kamis, menerjunkan personelnya guna membantu membersihkan puing-puing bangunan rumah warga yang roboh akibat hujan deras disertai angin kencang di Desa Pademawu Barat, Kecamatan Pademawu, Pamekasan, Rabu (6/3) malam.
"Bangunan milik warga yang roboh akibat hujan deras disertai angin kencang ini milik Samsul Arifin (40) kuli bangunan, di Dusun Kretek, Desa Pademawu Barat, Kecamatan Pademawu," kata Komandan Kodim 0826 Pamekasan Letkol Inf M Efendi.
Banguan terdiri dari dapur yang bersebelahan dengan rumah korban yang juga rusak parah.
Menurut Babinsa di desa itu, Serka Masagung, musibah bencana alam berupa angin kencang itu terjadi sekitar pukul 22.30 WIB, Rabu (6/2) malam.
Kejadian tersebut menyebabkan dapur dan salah satu kamar milik Samsul Arifin roboh dan teras samping rumahnya rusak, serta dapurnya roboh.
"Korban jiwa nihil, dan kerugian materiil ditaksir mencapai puluhan juta rupiah. Angka pastinya saat ini masih dihitung oleh aparat desa setempat," kata Masagung, menjelaskan.
Perbaikan puing-puing reruntuhan bangunan itu dilakukan oleh Babinsa dan Babinkamtibmas dibantu warga sekitar.
Hujan deras disertai angin kencang yang melanda Pamekasan, Madura, Jawa Timur kali ini merupakan kali kelima dalam dalam kurun waktu Januari hingga 6 Maret 2019 ini.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Pamekasan menyebutkan, bangunan roboh milik Samsul Arifin (40) di Dusun Kretek, Desa Pademawu Barat, Kecamatan Pademawu, Pamekasan ini yang ke-53.
Sebelumnya sebanyak 52 bangunan milik warga rusak akibat angin kencang yang melanda wilayah itu.
Ke-52 bangunan rusak itu tersebar di Desa Ceguk, Perumahan Graha Kencana, Kecamatan Tlanakan, Desa Buddih, Desa Sopaah, Desa Jarin dan Desa Pegagan, Kecamatan Pademawu, serta Desa Panaguan, Kecamatan Larangan.
Data rumah rusak di Desa Ceguk sebanyak 10 rumah, di Perumahan Graha Kencana sebanyak 4 rumah, di Dusun Dulang sebanyak 4 rumah, Dusun Barat 2 rumah, dan di Desa Sopaah 3 rumah.
Selanjutnya di Desa Buddih sebanyak 4 rumah, di Desa Jarin sebanyak 7 rumah, Desa Pagagan sebanyak 2 rumah dan di Kecamatan Larangan sebanyak 16 rumah.
Selain merusak rumah-rumah warga, hujan deras disertai angin kencang yang melanda Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Senin sore itu, juga merusak salah satu tempat ibadah di Pamekasan.
Tempat ibadah yang dilaporkan rusak ialah sebuah masjid milik ormas Lembaga Dahwah Islam Indonesia (LDII) Pamekasan.
Bencana angin kencang yang melanda Pamekasan pada 4 Februari 2019 kala itu, merupakan kali kedua. Kejadian ketiga dan keempat pada minggu ketiga Februari 2019, namun tidak menimbulkan kerusakan berarti, hanya memutus aliran listrik.
Pada 1 Februari 2019, bencana serupa juga terjadi di Pamekasan dan menyebabkan genangan banjir di dua kelurahan, yakni Kelurahan Jungangcang dan Kelurahan Kolpajung, dan sejumlah pepohonan roboh.
Madiun
Di Madiun, BPBD setempat mengirim sejumlah bantuan untuk membantu penanganan korban bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Madiun, Jawa Timur.
Kepala BPBD Kota Madiun Agus Hariono, Kamis mengatakan, bantuan telah dikirim sejak Rabu (6/3) dan masih bertahan hingga hari ini. Adapun bantuan yang dikirim berupa perahu karet, logistik, dan juga personel.
"Perahu karet digunakan untuk membantu proses evakuasi korban. Kami membantu warga yang akan menuju ke tempat pengungsian. Ada tiga perahu karet yang dikirim dan 10 personel," ujar Agus kepada wartawan.
Menurut dia, bantuan langsung dikirim ke lokasi yang paling parah dan luas terdampak banjir. Yakni di wilayah Kecamatan Balerejo. Personel langsung menyebar berbaur dengan tim BPBD dari Kabupaten Madiun ke sejumlah lokasi. Di antaranya di Desa Jeruk Gulung dan Balerejo.
Sedangkan bantuan logistik, langsung disalurkan ke posko bencana Kabupaten Madiun yang berada di kantor Kecamatan Balerejo.
"Bantuan logistik yang dikirim, di antaranya, beras, makanan siap saji, dan mie instan. Menyusul, kami juga akan mengirim matras dan alas tidur," katanya.
Ia menjelaskan, banjir yang terjadi di Kabupaten Madiun kali ini tergolong cukup besar. Hingga Kamis siang, meski banjir telah surut, namun genangan belum sepenuhnya kering.
Di sejumlah titik lokasi masih terdapat genangan dengan ketinggain air bervariasi. Mulai dari 30 sentimeter hingga 80 sentimeter.
Meski sebagian sudah tidak lagi merendam rumah warga, namun banjir masih merendam areal persawahan; menggenangi jalan antardesa, antarkecamatan, dan antarkabupaten; merendam ternak, menggenangi fasilitas umum dan infrastruktur (jalan tol).
Pihaknya juga mengimbau agar warga Kota Madiun waspada jika hujan deras turun selama lebih dari tiga jam berturut-turut. Hal itu sesuai dengan prediksi BMKG Surabaya, yang menyebut curah hujan tinggi masih berlangsung hingga beberapa hari ke depan.
Ganggu Lalu Lintas
Bencana banjir yang melanda wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur mengganggu kelancaran jalur arteri Madiun-Surabaya, tepatnya di KM 158-159 Desa Garon, Kecamatan Balerejo.
Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Madiun AKP Imam Mustolih, Kamis mengatakan meski terdapat genangan, jalur arteri tersebut tetap normal, tidak ditutup, ataupun dialihkan.
"Tidak ada penutupan dan pengalihan jalur. Arus lalu lintas tetap normal, baik dari arah timur (Surabaya) maupun barat (Ngawi). Memang ada perlambatan, karena di jalur yang tergenang sepanjang satu kilometer ini kendaraan diimbau mengurangi kecepatan demi keselamatan para pengguna jalan," ujar AKP Imam kepada wartawan di lokasi.
Menurut dia, volume kendaraan juga tidak ada peningkatan yang signifikan, pascakeputusan pengelola jalan tol untuk menutup sementara jalur bebas hambatan tersebut karena imbas banjir.
"Sejauh ini tidak ada peningkatan jumlah kendaraan yang berarti. Sebab arus tol yang dialihkan hanya dari jalur Surabaya menuju Madiun dan dikeluarkan melalui gerbang tol Caruban. Sedangkan dari arah Madiun menuju Surabaya, tetap normal," katanya.
Pantauan di lapangan, jalur utama sepanjang satu kilometer tersebut tergenang air dengan ketinggian di atas mata kaki. Akibatnya, terjadi antrean kendaraan di jalur tersebut. Kendaraan baik roda dua, mobil, truk, dan bus harus melambat demi keselamatan karena laju terganggu air.
Guna menghindari kemacetan, petugas kepolisian dari Satuan Lalu Lintas Polres Madiun bersiaga mengatur arus lalu lintas yang cukup ramai saat libur hari raya Nyepi tersebut.
Seperti diketahui, banjir melanda wilayah Kabupaten Madiun sejak Selasa (5/3) malam akibat curah hujan yang sangat tinggi selama beberapa hari terakhir. Data BPBD Kabupaten Madiun mencatat, wilayah yang terdampak banjir terdapat di 35 desa di delapan kecamatan. Meliputi Kecamatan Madiun, Saradan, Pilangkenceng, Balerejo, Wungu, Sawahan, Mejayan, dan Wonoasri.
Meski kondisi air telah surut secara signifikan, namun genangan dengan ketinggian antara setengah meter hingga 1,5 meter masih terlihat di beberapa titik lokasi.
Jalan Tol
Akibat banjir, PT Jasamarga Ngawi Kertosono menutup sementara jalan Tol Ngawi-Kertosono di KM 603 sampai dengan KM 604 mulai Rabu (6/3) petang pukul 22.00 WIB hingga pagi ini, akibat banjir imbas meluapnya Sungai Glonggong di wilayah itu.
"Sehubungan dengan tingginya curah hujan di wilayah Madiun, kami mohon bantuan kepada seluruh penggunna tol ruas Ngawi Kertosono untuk merencanakan perjalanan dan memperhatikan kondisi kendaraan sebagai antisipasi," kata Manager Umum dan Sumber Daya Manusia (SDM) PT Jasamarga Ngawi-Kertosono (JNK), M Ridwan dikonfirmasi di Surabaya, Kamis.
Ia mengatakan, banjir terjadi karena curah hujan deras dan terjadi cukup lama pada hari Selasa (5/3) dan Rabu (6/3), sehingga menyebabkan genangan air di beberapa lokasi di sekitar jalan tol, salah satunya di sekitar ruas jalan tol.
Pengamatan Rabu (6/3) hujan kembali terjadi, sehingga luasan banjir maupun ketinggian genangan air bertambah, dan pukul 17.00 hujan kembali turun cukup deras sehingga menyebabkan air mulai menyentuh ROW sekitar KM 603 sampai KM 604 yang awalnya hanya sedalaman satu mata kaki.
Pada Rabu petang, kata Ridwan, dalam waktu yang relatif pendek pukul 19.00 WIB ketinggian air mulai menyentuh reflektor (guide post) dan tidak bisa dilalui oleh kendaraan kecil atau Golongan I, akibatnya semua kendaran yang sudah terlanjur sampai di KM.604 diberhentikan sementara.
Pada pukul 21.07 WIB berdasarkan izin via telepon dari Direktur Teknik PT JNK, lalu lintas dari arah Surabaya dikeluarkan Gerbang Tol Caruban.
"Untuk kendaraan yang sudah terlanjur masuk tol dan terjebak di sekitar SS Madiun, dikawal PJR untuk putar balikkan keluar GT. Caruban," katanya.
Untuk laporan terkini pada Kamis (7/3) pagi hasil pengamatan tim lapangan, ketinggian air tidak makin surut namun cenderung bertambah tinggi, sehingga truk dan bus juga tidak dapat melintasi genangan.
"Mulai Kamis pukul 00.50 WIB seluruh kendaraan dari Surabaya dialihkan keluar Caruban, dan kami berencana melakukan contra flow dari KM 602 sampai KM 607 (inventarisir jumlah RC dan PB)," katanya.
Bojonegoro dan Tuban
Di Bojonegoro dan Tuban, ratusan hektare tanaman padi di sejumlah desa di Kecamatan Trucuk, Bojonegoro dan serta Tuban rusak terendam banjir akibat luapan air Kali Kening dari Tuban yang menuju ke Sungai Bengawan Solo.
Seorang petani Desa Guyangan, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro Tamran di tepi jalan di dekat sawahnya, Kamis, menjelaskan tanaman padinya yang terendam banjir seluas 1 hektare di empat lokasi. Sebagian ada yang sudah siap panen, sebagian lainnya berumur sebulan dan belum tanam karena baru menebar benih.
"Kalau terendam air banjir begini ya jelas rusak, termasuk benih tanaman padi," ucapnya menjelaskan.
Tamran yang didampingi rekannya sesama petani, Santoso dan Suminto, memperkirakan kerugian akibat kerusakan tanaman padinya mencapai Rp10 juta lebih, mulai untuk biaya tanam, pembelian pupuk, juga kebutuhan lainnya.
"Saya tidak mengikutkan tanaman padi saya mendaftar asuransi usaha tanam padi (AUTP) termasuk semua petani di desa saya untuk tanaman padinya juga tidak didaftarkan masuk AUTP," ujar dia yang kemudian dibenarkan oleh Santoso dan Suminto.
Selain tanaman padi di Desa Guyangan, menurut Suminto yang juga Jogo Tirto Desa Guyangan, semua tanaman padi di Desa Mori, Sumberjokentong, dan Trucuk, masih di Kecamatan Trucuk, juga terendam air banjir.
Selain itu, luapan air Kali Kening juga merusak tanaman padi di Desa Margorejo, Brangkal, dan desa lainnya di Kecamatan Parengan, Tuban, selain juga tanaman tebu.
"Tanaman padi ini sebenarnya belum waktunya dipanen, tapi karena terendam air banjir terpaksa dipanen paksa," ucap seorang petani Desa Trucuk, Kecamatan Trucuk, Choiri yang bersama sejumlah pekerja memanen tanaman padi.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Nadif Ulfia, yang dimintai konfirmasi mengaku belum menerima laporan data kerusakan areal pertanian yang disebabkan banjir luapan Bengawan Solo dan banjir bandang.
"Belum ada laporan masuk dari kecamatan. Ketinggian air Bengawan Solo di Bojonegoro sekarang ini cenderung stabil," ucapnya.
Data yang diperoleh menyebutkan ketinggian air Bengawan Solo (TBS) di Desa Ledokwetan, Kecamatan Kota, mencapai 14,52 meter (siaga kuning), Kamis pukul 10.00 WIB. Ketinggian air di TBS itu turun dibandingkan 1 jam lalu dengan ketinggian 14,53 meter.
Sedangkan ketinggian air di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, sekitar 70 kilometer ke arah hulu dari kota, pada waktu bersamaan 27,30 meter.
"BPBD tetap waspada, sebab dilaporkan ketinggian air Bengawan Solo di Jurug, Solo, Jawa Tengah, sempat masuk siaga merah," ucapnya.
Tulungagung
Bencana banjir bandang juga merendam ratusan rumah warga di kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Kamis sehingga memaksa penduduk yang terdampak mengungsi ke tempat-tempat aman.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tulungagung Soeroto mengatakan, banjir terparah terpantau di Desa Demuk, Kecamatan Pucanglaban sejak Rabu (6/3) dengan ketinggian air mencapai 1,5 meter.
Tidak ada korban jiwa dalam bencana banjir bandang yang dipicu luapan air Sungai Pasrepan itu.
Namun debit banjir yang terus meningkat hingga Kamis pagi memaksa petugas melakukan upaya pengungsian penduduk yang terdampak cukup parah.
"Hari ini penduduk mulai kami ungsikan karena ketinggian air mencapai 1 meter lebih," kata Soeroto dikonfrmasi melalui telepon.
Di Desa Demuk ini, tercatat ada sebanyak 38 KK yang terdampak dan mengungsi ke tempat aman.
Petugas SAR gabungan juga melakukan penyisiran untuk mengantisipasi jika ada korban yang masih terjebak banjir.
Selain di Desa Demuk, banjir bandang terpantau juga terjadi di Desa Waung Kecamatan Boyolangu (101 KK), dan Desa Banjarejo Kecamatan Rejotangan (300 KK).
"Sambil menunggu debit banjir turun, kami salurkan bantuan pangan untuk membantu warga yang membutuhkan," katanya.
Keterangan Soeroto, banjir dipicu hujan deras yang melanda wilayah Tulungagung dan sekitarnya sehingga menyebabkan debit sungai-sungai di titik lokasi banjir meluap.
Seperti di Desa Demuk, Kecamatan Pucanglaban, misalnya, kontur sungai Pasrepan yang kecil dan menyempit menyebabkan air bah dari arah Kabupaten Blitar meluap ke pemukiman penduduk sehingga terjadi banjir bandang hingga ketinggian 1 meter lebih.
Kondisi serupa terjadi di Desa Waung Kecamatan Boyolangu dan Banjarejo Kecamatan Rejotangan.
Sungai-sungai di dua desa ini mengalami overkapasitas saat banjir kiriman dari wilayah pegunungan turun memenuhi alur aliran sungai sehingga meluber ke pemukiman penduduk.
Kendati tidak ada laporan kerusakan rumah ataupun bangunan umum, dilaporkan banyak ternak yang hilang atau mati karena tenggelam dan terseret arus banjir.
Selain itu, puluhan hektare tanaman pertanian juga dilaporkan rusak.
Gubernur Jatim
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meninjau sejumlah lokasi terdampak banjir menggunakan perahu karet di kawasan Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, untuk memastikan kondisi warga setempat, Kamis.
Saya dan Bupati Madiun bersama melihat bagaimana kondisi di sini dan berkoordinasi untuk menyelesaikan masalah, ujar Khofifah di sela meninjau banjir di sejumlah desa di Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun.
Orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut pertama kali mengunjungi balai Desa Garon untuk berdialog dengan ratusan pengungsi yang tempat tinggalnya terdampak banjir.
Ibu sudah sejak kapan di sini? Yang sabar ya buk, semoga banjirnya cepat surut, ucapnya kepada salah seorang wanita yang mengungsi di balai Desa Garon.
Di tempat tersebut, Khofifah juga memberikan sejumlah paket bantuan sembako dari Pemprov Jatim untuk keperluan warga sehari-hari.
Didampingi Kepala Pelaksana BPBD Jatim Suban Wahyudianto, Khofifah menyempatkan berkunjung ke Desa Jeruk Gulung untuk melihat dari dekat perkampungan warga yang terdampak banjir yang tingginya lebih dari satu meter.
Gubernur perempuan pertama di Jatim itu menggunakan perahu karet dan berkunjung ke Pondok Pesantren Wisma Wisnu yang terdampak banjir dengan jumlah santri mencapai ribuan.
Dari sana, Khofifah mengecek langsung tanggul di Sungai Jeroan dan terakhir ke kantor Kecamatan Balerejo yang dijadikan posko pengungsi.
Di posko, Gubernur memberikan bantuan paket sembako, meninjau dapur umum hingga mendengarkan paparan dari BPBD setempat tentang kondisi terakhir bencana banjir.
Sebelumnya, Bupati Madiun Ahmad Dawami menetapkan status darurat bencana banjir menyusul kejadian banjir yang melanda wilayah setempat sejak Selasa (5/3) malam.
Status darurat bencana banjir ditetapkan mulai tanggal 6-19 Maret 2019 tertuang dalam surat keputusan yang ditandatangani Bupati pada Rabu (6/3). (*)