Jakarta, (Antaranews Jatim) - Menyongsong visi menjadi operator pelabuhan berkelas dunia di tahun 2020, PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)/IPC secara agresif mendorong sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan (stakeholder) pelabuhan untuk menciptakan efisiensi pelayanan kepelabuhan di pelabuhan.
"Kami mengapresiasi seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan kontribusi terbaiknya sehingga IPC dapat memberi pelayanan yang semakin efisien dan berkontribusi dalam menurunkan biaya logistik dan mendorong geliat perekonomian Indonesia. Kedepan dunia kepelabuhanan dan logistik akan semakin menantang. Untuk dapat bersaing dengan pelabuhan internasional, IPC terus membutuhkan dukungan dan komitmen dari seluruh 'stakeholder'. Ini adalah kerja bersama kita," ujar Direktur Utama IPC, Elvyn G. Masassya,.
Bertepat di Museum Maritim Indonesia, IPC melakukan pertemuan dengan Lembaga Tinggi Negara, Kementerian Terkait, Instansi Pemerintahan di lingkungan Jakarta Utara, Asosiasi Pengguna Jasa, Customer, Perbankan dan internal IPC Grup.
Mengangkat tema "Dengan Sinergi, Bekerja Nyata Untuk Negeri", acara "Stakeholder Gathering" yang dibuka dengan paparan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepada Bapenas Bambang Brodjonegoro terkait Rencana Jangka Panjang Nasional Bidang Maritim.
"Stakeholder Gathering" adalah upaya IPC untuk duduk bersama dengan pemangku kepentingan untuk menyamakan persepsi dan membahas hal-hal yang terkait dunia kepulauan guna mendorong peningkatan kualitas pelayanan dan mendorong efektifitas dan efisiensi layanan di pelabuhan.
Pada kesempatan ini Dirut IPC memaparkan informasi kooperasi baik rencana kerja maupun pencapaian IPC di tahun sebelumnya.
Menilik kinerja operasional di tahun 2018, IPC mencatat peningkatan diseluru lini operasional baik arus barang, arus kapal, dan arus penumpang.
Arus peti kemas menignkat 12,7 persen sebesar 7,80 juta TEUs dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6,92 juta TEUs. Sementara arus nonpetikemas juga meningkat 8,54 persen sebesar 61,97 juta Ton dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 57,09 juta Ton.
Untuk arus kapal, terjadi peningkatan 2,86 persen sebesar 208 juta GT dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 202,2 juta GT. Pertumbuhan yang signifikan terjadi pada arus penumpang 16,68 persen sebesar 714,93 ribu orang dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 612,68 ribu orang (unaudited).
Senada dengan kinerja operasional di tahun 2018, kinerja keuangan IPC juga mengalami peningkatan. Pendapatan usaha meningkat 4,94% sebesar 11,45 triliun rupiah (unaudited) dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 10,91 triliun rupiah. Laba bersih meningkat 9,95 persen sebesar 2,43 triliun rupiah (unaudited) dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 2,21 triliun rupiah.
EBITDA meningkat 4,71 persen sebesar 4,22 triliun rupiah (unaudited) dibandingkan tahun sebelumnya 4,03 triliun rupiah. Sementara itu nilai BOPO yang menjadi acuan adanya efisiensi perusahaan tercatat menurun 0,35 persen sebesar 69,90 persen (unaudited) dibadningkan tahun sebelumnya sebesar dari 70,15 eprsen.
Pada kesempatan ini Dirut IPC juga memaparkan bahwa sepanjang tahun 2019, IPC telah melayani "direct call" ke 4 benua, inter-Asia, Amerika, Eropa, Australia. Direct call telah mendorong peningkatan nilai ekspor 6,7 persen sebesar 180,215 juta dolar AS dibandingkan tahun sebelumnya 168,828 juta dolar AS.
Selain itu, proyek "direct call" telah menghemat biaya logistik sebesar 20 persen atau 300 dolar AS per kontainer dan menghemat waktu pengiriman barang dari 31 hari menjadi 21 hari.
Bambang Brodjonegoro mengapresiasik capaian yang diraih IPC, baik dari sisi keuangan dan operasional. Menurutnya, capaian tersebut harus terus ditingkatkan sehingga IPC, khususnya Tanjung Priok bisa menjadi pelabuhan penopang utama ekonomi negara, dan menjadi pendorong perekonomian nasional.
"Saya berharap IPC bisa menjadi salah satu pelabuhan 'hub' terbesar di Indonesia, yang bisa mengambil kembali pasar muatan kita yang selama ini dikirim melalui Sinagapura," ujarnya.
"Di tahun 2020 IPC akan bertransformasi dari Terminal Operator menjadi 'Trade Corridors'. 'Transforming From Infrastructure Player into Ecosystem Player', nantinya IPC akan berperan sebagai 'Trade Facilitator' dan lebih jauh lagi menjadi 'Trade Acceletator'. Dengan konsep ini IPC tidak hanya akan melayani bongkar muat barang tapi juga mendorong perdagangan malalui ekosistem," tutur Elvyn.(*)