Surabaya (Antaranews Jatim) - Legislator memberikan saran kepada Pemerintah Kota Surabaya agar revitalisasi Pasar Tunjungan bisa dilakukan dengan cara menggandeng investor menyusul kondisi pasar saat ini cukup memprihatinkan.
Anggota Komisi B Bidang Perekonomian DPRD Surabaya Baktiono, di Surabaya, Kamis, mengatakan hingga saat ini tidak ada rencana dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Surabaya untuk membiayai revitalisasi Pasar Tunjungan.
"Jalan satu satunya untuk revitalisasi adalah dengan menggandeng investor. Wali kota, PD Pasar dan para pedagang harus bertemu dulu untuk membahas ini," katanya.
Menurut dia, revitalisasi dengan biaya dari swasta diyakini menjadi solusi tepat untuk Pasar Tunjungan sebab PD Pasar Surya selaku pengelola pasar sebelumnya juga pernah melakukannya di Pasar Wonokromo (DTC) dan Pasar Tambahrejo (Kaza).
Meski demikian, lanjut dia, revitalisasi pasar sebaiknya tetap melibatkan semua elemen seprti dari lurah, camat, warga masyarakat termasuk RT RW, karang taruna, PKK dan LPMK.
"Menyusun DED, para pedagang dan masyarakat harus dilibatkan melalui studi kelayakan. Survei itu tak perlu anggaran besar, tak perlu panggil surveyor. Tapi libatkan aparat pemerintah camat lurah dan warga," kata Baktiono.
Dengan melibatkan mereka semua, lanjut dia, hasil survei itu dipastikan lebih akurat karena desain pasar akan sesuai dengan keinginan masyarakat. Jadi desain pasar selain disesuaikan dengan kawasan Tunjungan juga akan lebih spesifik terkait jenis barang yang akan dijual.
Sejak Pasar Tunjungan dibangun pada 1978, para pedagang bisa berjualan di pasar legendaris itu dengan hak pakai. Namun jumlah mereka terus menurun seiring sepinya pembeli.
"Pertahankan Pasar Tunjungan seperti semula. Kalau sekarang mati maka hidupkan lagi seperti dulu. Pemkot Surabaya mestinya bisa memanfaatkan itu. Apalagi lokasi sangat strategis dan nama sudah ada. Nama besar Kota Surabaya harus berbanding lurus dengan keberadaan pasar," ujarnya.
Politisi PDI Perjuangan ini mengaku beberapa kali bertemu dan disambati para pedagang terkait nasib mereka yang merasa digantung. Sebab dengan kondisi pasar seperti itu jelas mereka tak bisa berjualan.
Ia mengatakan di lantai 2 dan 3 Pasar Tunjungan nampak banyak plafon yang jebol sehingga pada saat hujan, airnya menggenang di sana sini. Selain itu, pasar dibiarkan tak ada lampu penerangan sehingga terkesan seram. Begitu juga tembok pasar juga nampak kusam warnanya.
Kalau dipaksakan pedagang tetap berjualan, kata dia, jelas mereka akan terus merugi. Selain jutaan rupiah yang dikeluarkan untuk membayar iuran kepada PD Pasar Surya, juga dipastikan tak akan ada pembeli yang tertarik masuk Pasar Tunjungan bila kondisinya dibiarkan seperti itu.
Direktur Teknik Dan Usaha Perusahaan Daerah Pasar Surya (PDPS) Surabaya, Zandi Ferryansa mengatakan belum terealisasinya rencana revitalisasi adalah sebagai bentuk kehati-hatian Pemkot Surabaya dalam memberikan penyertaan modal dan menyikapi kondisi PD Pasar Surya.
"Sebab, rencana revitalisasi direncanakan tidak dengan pihak ketiga," katanya.
Perpajakan yang dimaksudkan adalah sebelumnya Pemkot Surabaya telah memberikan penyertaan modal Rp20 miliar. Biaya itu untuk revitalisasi Pasar Kembang, Pasar Pucang, Pasar Tembok Dukuh dan Pasar Keputran Utara.
Namun kemudian ada masalah perpajakan sehingga pada 2015 rekening PD Pasar Surya sempat diblokir dan pada 2017 diblokir total. "Sehingga Pemkot Surabaya akhirnya melakukan kehati-hatian untuk melakukan penyertaan modal," katanya.
"Langkah pemkot sudah tepat. Kalau diberi penyertaan modal kembali, PD Pasar Surya masih dimungkinkan terkena pengaruh soal pajak lagi," katanya. (*)