Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Jawa Timur, masih menghitung dampak kerugian banjir bandang di sejumlah desa di Kecamatan Sumberrejo,dan Kepohbaru,yang mengakibatkan tanaman padi terendam air.
"BPBD menurunkan tim untuk menghitung besarnya kerugian dalam kejadian banjir bandang, akibat meluapnya Kali Gendong" kata Pelaksana Tugas Kepala BPBD Bojonegoro Nadif Ulfia di Bojonegoro, Sabtu.
Lokasi yang diterjang banjir bandang sejak sehari lalu, yaitu Desa Mejuwet, Karangdinoyo, Tologagung, Kecamatan Sumberrejo, mengakibatkan ratusan hektare tanaman padi dengan usia 40 hari terendam air banjir.
Ia menyebutkan dampak banjir mengakibatkan 413 hektare terendam air banjir dengan usia sebagian besar sekitar 40 hektare.
Selain itu, banjir juga merendam jalan poros kecamatan sekitar 30 centimeter, selain persawahan dan puluhan pemukiman warga.
"Banjir tidak masuk ke rumah pemukiman warga hanya di sekitarnya saja," ucapnya.
BPBD, lanjut dia, menerjunkan tim untuk melakukan pendataan kerugian dalam kejadian banjir bandang di sejumlah desa di Kecamatan Sumberrejo dan Kedungadem dengan berkoordinasi dengan pihak desa untuk menghitung dampak banjir bandang.
"Di Kecamatan Kepohbaru, genangan banjir bandang tidak terlalu luas melanda areal persawahan," katanya menjelaskan.
Ia menambahkan BPBD sudah mengimbau kepada warga di daerahnya untuk meningkatkan kewaspadaan menghadapi ancaman potensi bencana disebabkan curah hujan tinggi selama Desember.
Sesua prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang, bahwa puncak curah hujan di daerahnya yang berpotensi menimbulkan banjir akan terjadi pada dasarian II Januari sampai Februari.
"Genangan banjir di Karangdinoyo, Kecamatan Sumberrejo, yang merendam tanaman padi parah," ucap Petugas Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro Budi Indro menambahkan.
Kepala Desa Pucangarum, Kecamatan Kanor, Bojonegoro Sanawi menambahkan Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) di desanya bekerja bakti meninggikan tanggul kritis Sungai Cangkring di sejumlah lokasi sejak sehari lalu.
Peninggian tanggul, lanjut dia, sebagai usaha mengamankan tanaman padi sekitar 350 hektare di desanya yang kurang sekitar sebulan panen.
"Petani takut Sungai Cangkring juga meluap karena curah hujan mulai tinggi," ucapnya. (*)