Situbondo (Antaranews Jatim) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menggambarkan betapa nafas hidup para santri selama berada di pondok adalah sastra.
"Kalau kiai (Kiai Azaim Ibrahimy) bilang santri itu 24 jam tidak lepas dari sastra, itu belum 24 jam. Saya yakin mimpinya santri itu pun tentang sastra," katanya disambut tawa pada pembukaan Muktamar Sastra Nusantara di Ponpes Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, Rabu (19/12).
Pejabat yang juga pernah mengenyam pendidikan di pesantren itu mengemukakan khazanah awal sastra pesantren sering dikaitkan dengan naskah sufistik, seperti karya Hamzah Fansuri di Sumatera atau karya Sunan Bonang di Jawa. Atau karya Ronggowarsito.
Putera tokoh NU almarhum KH Saifuddin Zuhri itu kemudian mengutip pemikiran KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pada tahun 1973 dalam sebuah artikel berjudul "Pesantren dan Kesusastraan Indonesia".
Gus Dur mengatakan bahwa sastra pesantren belum mendapat perhatian selayaknya dari kalangan sastrawan.
"Kini, 45 tahun setelah Gus Dur menyuarakan hal yang provokatif, kita kumpul hari ini. Ini sebuah perhelatan yang digagas komunitas kalangan pesantren. Mari kita jadikan momentum ini sebagai titik tolak kebangkitan sastra pesantren," kata politikus dari PPP yang juga Wakil Ketua MPR 2009-2014 ini.
Pria kelahiran Jakarta, 25 November 1962 ini mengajak kalangan pegiat sastra di pesantren untuk merefleksikan diri, apakah sastra pesantren sudah mendapat tempat layak dalam pergumulan sastra nasional.
"Mari kita merefleksi juga apakah sastra pesantren sudah berkontribusi bagi pemajuan kebudayaan bangsa Indonesia," katanya pada kegiatan yang dihadiri sastrawan dan tokoh NU KH Mustofa Bisri atau Gus Mus dan KH D Zawawi Imron itu.
Sementara itu, muktamar sastra yang digagas Pengasuh Ponpes Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo KHR Ahmad Azaim Ibrahimy itu digelar hingga 20 Desember dengan dihadiri ratusan sastrawan dan akademikus dari berbagai daerah di Indonesia. Kegiatan itu didukung oleh LTN NU Jatim dan TV9 Nusantara. (*)
Tidur pun Santri itu Mimpi Sastra
Kamis, 20 Desember 2018 8:07 WIB
Mari kita merefleksi juga apakah sastra pesantren sudah berkontribusi bagi pemajuan kebudayaan bangsa Indonesia.