Surabaya (Antaranews Jatim) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menceritakan suka duka pada saat awal pertama kali menerapkan program e-procurement atau sistem pengadaan barang dan jasa yang memanfaatkan teknologi informasi di Pemkot Surabaya, Jatim.
Tri Rismaharini di Surabaya, Jumat, mengatakan pada saat dirinya masih menjabat menjabat sebagai Kepala Dinas Bina Program sekitar 2002 ada pengalaman buruk yang sempat dialaminya bersama keluarga.
"Ada ancaman ataupun teror ketika saya hendak menerapkan program e-procurement," katanya.
Namun, lanjut dia, berkat dukungan Profesor Richardus Eko Indrajit, program tersebut berhasil diterapkan di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dan nasional.
Richardus Eko Indrajit merupakan pakar teknologi lulusan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), Harvard University University of the City of Manyla, Maastricht School of Management, Leicester University, dan London School of Public Relations.
Selain itu, Richardus Eko Indrajit sempat ditunjuk Pemerintah Republik Indonesia untuk memimpin institusi pengawas internet Indonesia ID-SIRTII (Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure) dan menjadi anggota aktif dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Dewan Riset Nasional (DRN), dan Dewan Pendidikan Tinggi (DPT).
Richardus juga ditunjuk Presiden Association of Higher Learning Institution in Computing and Information Technology Studies dimana ia memimpin lebih dari 700 universitas dan 1.500 program studi di seluruh Indonesia dan President of International Association of Software Architect.
"Dia (Richardus) adalah orang yang membantu dan menyelamatkan nyawa saya dan keluarga ketika menerima berbagai macam teror untuk menerapkan program e-procurement," ujarnya.
Risma menjelaskan awal pembuatan program e-procurement sempat mengalami gejolak dan penolakan dari dalam tubuh Pemkot Surabaya. Namun, kata dia, berkat bantuan dan dukungan Prof Eko, program yang bertujuan untuk memutus rantai korupsi bisa diterapkan.
"Saat presentasi di Bandung dan Jakarta, dia selalu meyakinkan kepada seluruh peserta bahwa langkah program ini sudah benar hingga akhirnya bisa diterima di level nasional," ujarnya.
Menurut Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini, jika tidak menggunakan program e-procurement, Pemkot Surabaya akan mengalami kesulitan untuk mempercepat pembangunan. Mengingat dana yang diberikan sangat terbatas.
Meskipun dana yang di dapat terbatas, Risma mengaku Surabaya bisa melakukan penghematan sekitar 20-25 persen melalui kompetisi yang ketat. Hasil penghematan ini, kata Risma, yang kemudian dimanfaatkan untuk membangun jalan dan saluran.
"Mungkin itu yang membuat pembangunan di Surabaya lebih cepat dibandingkan daerah-daerah lainnya," katanya.
Profesor Richardus Eko Indrajit pada saat bersama Risma mengunjungi koridor lantai 3 gedung Siola, Surabaya, Kamis (6/9) mengatakan dalam menciptakan suatu program pasti ada risiko gagal dan berhasil.
Namun baginya, program e-procurement sudah berhasil diterapkan di Kota Pahlawan. Kesuksesan itu dapat dilihat ketika banyak kota dan negara datang ke Surabaya untuk belajar teknologi, kepemimpinan, terobosan, ide, inisiatif dan terpenting melibatkan warganya dalam membangun kota.
"Kota yang benar-benar layak untuk ditinggali karena melibatkan warga dalam membangun kotanya," katanya.
Ditanya soal perubahan gedung Siola dulu dan kini, Prof Eko mengaku terkejut karena dulunya dipakai sebagai pusat perbelanjaan kini disulap menjadi mal pelayanan publik.
Menurutnya, mal pelayanan publik Siola sangat bagus dan sukses. Hal itu bisa dilihat dari cara warga bergerak, saling menyapa dan tersenyum. "Kalau mau lihat baik buruknya pelayanan masyarakat bisa dilihat berapa jumlah orang yang tersenyum. Kalau perlu Surabaya buat program senyum orang," katanya.
Selama di gedung Siola, Risma mengajak Prof Eko dan rombongan melihat museum Surabaya, ruang command center room (CCR) 112 dan koridor coworking space. (*)
Risma Cerita Suka Penerapa E-Procurement Surabaya
Jumat, 7 September 2018 8:56 WIB
Ada ancaman ataupun teror ketika saya hendak menerapkan program e-procurement