Pamekasan (Antaranews Jatim) - Program Kemitraan antara pemerintah Indonesia dengan Australia (Australia-Indonesia Partnership for Rural Economic Development/AIP-Rural) mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga petani Indonesia hingga Rp1,5 triliun.
"Hitungan pendapatan capaian AIP-Rural sebesar Rp1,5 trilun ini, hingga Juni 2018 pada 230.864 rumah tangga petani, dari total 342.721 rumah tangga pertanian yang telah mengadopsi praktik pertanian yang diterapkan pada program tersebut," ujar Head of Portofolio III Prisma AIP-Rural, Mahasin Kabir di Pamekasan, Madura, Jawa Timur dalam keterangan pers yang disampaikan kepada Antara di Pamekasan, Rabu.
Program AIP-Rural merupakan sebuah inisiatif dari Pemerintah Australia bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dari rumah tangga pertanian kecil pada lima provinsi di kawasan timur Indonesia. Masing-masing Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Papua Barat.
Paket program berfokus pada pembangunan berbasis sistem pasar dan bekerja untuk meningkatkan daya saing serta akses ke pasar input yang lebih baik, keterampilan dan teknologi bagi para petani.
Program ini juga bertujuan untuk mencapai 30 persen peningkatan pendapatan bersih yang berkelanjutan bagi 300.000 rumah tangga pertanian kecil, di Indonesia timur pada tahun 2018.
Mahasin menjelaskan, program AIP-Rural ini dilaksanakan dalam empat bagian, yakni Prisma, Safira, Tirta dan Arisa.
Prisma merupakan program yang dicanangkan untuk memacu pertumbuhan nilai rantai dengan mengurangi hambatan dan rintangan terhadap produktivitas, kinerja dan akses pasar bagi petani. Program ini mulai Oktober 2013.
Safira merupakan program yang dicanangkan, untuk memperkuat pembiayaan rantai nilai pertanian untuk memperluas akses pembiayaan formal bagi petani dan program ini mulai September 2015.
Tirta atau irigasi, bertujuan untuk meningkatkan akses irigasi bagi petani miskin dengan mendorong investasi bidang pengelolaan air oleh kelompok pengguna dan sektor swasta. Program ini mulai Juli 2015.
Sedangkan Arisa atau penelitian adalah kegiatan yang dicanangkan pada program kemitraan antara Indonesia dengan Australia untuk menguji cara untuk mendorong kerja sama industri dengan badan penelitian dan pengembangan untuk menerapkan teknologi baru, guna meningkatkan daya saing petani dan program ini mulai Desember 2014.
Ada beberapa komuditas pertanian yang dikembangkan pada pola kemitraan antara pemerintah Indonesia dengan Australia itu. Antara lain bawang merah, kacang hijau, kacang tanah, mangga, padi, rumput laut dan sapi potong.
"Khusus di Madura ini, kami mengembangkan tanaman jagung di dua kabupaten, yakni Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep," ujar Mahasin Kabir.
Saat melakukan "Media Field Visit East Jawa" di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Head of Portofolio III Prisma AIP-Rural Mahasin Kabir menjelaskan, khusus di Madura, program ini telah terlaksana sejak 2014 pada program Prisma.
"Prisma bermitra dengan pemerintah dan swasta untuk memacu pertumbuhan pasar dengan mengatasi kendala yang menghambat produktivitas, kinerja dan akses pasar bagi petani, sehingga petani dapat meningkatkan pendapatannya," ujar Mahasin Kabir, menjelaskan.
Pada sektor jagung, sambung dia, Prisma dan para mitra bekerja untuk mempromosikan penggunaan benih jagung hibrida, serta memperkenalkan praktik pertanian yang baik guna meningkatkan produktivitas petani Madura.
Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Pemkab Pamekasan Isye Windarti mengakui, program kemitraan AIP-Rural dengan pola kolaborasi antara swasta dan pemerintah, sangat membantu dalam meningkat produktivitas pertanian dan sistem pasar.
"Kemitraan ini menjadi `win-win solution` bagi kedua belah pihak dalam mengalokasikan anggaran, waktu, dan sumber daya manusia yang lebih efektif dan efesien," ujar Isye.
Tidak hanya itu saja, ia juga menjelaskan, kolaborasi tersebut juga membantu petani di Pamekasan, khusus di sektor jagung dalam merasakan manfaat dari produktivitas dan pemasukan bagi petani yang semakin meningkat.
Isye Windarti menjelaskan, selama ini, pihaknya menjalin kerja sama dengan PT DowDuPont Indonesia, yakni produsen benih jagung hibrida Pioneer 35.
Antara lain, pemberian informasi kepada petani terkait praktik pertanian yang baik dan penggunaan benih hibrida melalui pelatihan tatap muka dengan para petani.
"Kami dari pihak Dinas Pestanian juga membantu mengidentifikasi dan menyasar petani jagung lokal untuk memperoleh pelatihan dan merintis metode dan penggunaan benih jagung hibrida," kata Isye, menjelaskan.
Jenis kegiatan lain untuk mensukseskan program tersebut, menurut dia, kerja sama dalam melakukan "mini demo-site" antara dinas dengan PT DowDuPont Indonesia untuk menunjukkan kepada petani bahwa benih hibrida memiliki masa tanam yang singkat, yakni 85 hari. (*)