Probolinggo (Antaranews Jatim) - Petani tembakau di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur mewaspadai serangan ulat yang dapat mempengaruhi produksi dan panen tembakau Voor Oogst Paiton di wilayah setempat.
"Ulat menjadi salah satu yang perlu diwaspadai oleh petani, bahkan serangan ulat juga sudah terlihat di Desa Jatiurip, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo," kata Agus, salah seorang petani di Probolinggo, Rabu.
Kabupaten Probolinggo memiliki sentra tembakau VO Paiton yang cukup luas, sehingga petani diharapkan maksimal dalam budi daya dan salah satu yang wajib dilakukan yakni waspada terhadap serangan penyakit dan hama.
"Serangan ulat memang sering terjadi di pertanian tembakau. Jika serangannya ringan, maka cara mengatasinya dengan penggunaan pestisida. Namun, kalau sudah parah, maka harus dicabut dan diganti dengan tanaman baru," tuturnya.
Petani yang memiliki lahan seluas 0,5 hekatre di Desa Kregenan, Kota Kraksaan itu menanami lahannya sekitar 7.500 pohon tembakau, namun selama musim tanam tembakau tercatat setidaknya 2.500 pohon ditanam ulang akibat serangan penyakit.
"Kalau musimnya sedang bagus, paling luasan tanah 100 meter yang kena serangan ulat dan penyakit ker-ker," katanya.
Sementara Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Probolinggo Achmad Mudzakir mengatakan serangan ulat dan penyakit ker-ker menjadi perhatian petani tembakau karena dapat mempengaruhi kualitas dan produksi tembakau.
"Kalau tanaman tembakau berusia 1 hingga 1,5 bulan maka masih mudah diatasi, namun kalau usia tanaman lebih dari 2 bulan, maka hal itu yang perlu perhatian khusus karena bisa gagal panen," ujarnya.
Ia menjelaskan berbagai jenis ulat yang menyerang tanaman non-tembakau juga bisa menyerang tembakau, seperti ulat yang menyerang tanaman bawang merah yakni ulat pupus juga dapat merusak tanaman tembakau.
"Ulat yang hinggap di daun tembakau itu hasil dari metamorfosis alami kupu-kupu. Kupu-kupu akan bertelur di daun, kemudian menjadi larva dan menjadi ulat. Jika petani melihat banyak kupu-kupu di lahan tembakau, maka segera ditangkap atau disemprot dengan pestisida dosis rendah, agar telurnya mati dan tidak sempat jadi larva," katanya.
Menurutnya panen tembakau berkisar pada Agustus sampai September 2018 karena merupakan puncak musim kemarau dan saat itu kadar air tembakau rendah yang berdampak pada kualitas tembakau yang bagus.
Sesuai dengan permintaan dari pabrikan, lanjut dia, luas areal tanam tembakau tahun 2018 ditetapkan 10.774 hektare atau sama dengan target areal tanam tahun sebelumnya dengan asumsi produksi sebanyak 12.929 ton setara dengan 1,2 ton per hektare. Namun, tahun lalu realisasi tanam hanya 7.900 hektare.
"Tahun ini kami prediksi realisasi tanam tembakau melebihi realisasi tahun lalu. Bahkan dimungkinkan bisa saja melebihi target luas areal yang ditetapkan," katanya.
Mudzakir mengatakan di Kabupaten Probolinggo tercatat ada tujuh kecamatan sentra pertanian tembakau yakni Kecamatan Paiton, Pakuniran, Besuk, Kotaanyar, Gading, Kraksaan, dan Krejengan, namun ada beberapa desa di Kecamatan Maron dan Pajarakan yang mulai berminat menanam tembakau, sehingga tidak menutup kemungkinan sentra pertanian tembakau di Probolinggo menjadi sembilan kecamatan.
"Harga jual tembakau tahun lalu bagus yakni kisaran Rp28 ribu hingga Rp40 ribu per kilogram tembakau kering. Jika rata-rata harga Rp35 ribu saja dan produksinya mencapai 1 ton, maka pendapatan petani sebesar Rp35 juta per hektar," ujarnya.*