London (Antara) - Sebanyak 45 peserta Dialog Antaragama Masyarakat Indonesia di Eropa yang datang dari 22 negara mengeluarkan "Deklarasi Roma" antara lain berisi kesepakatan bahwa kemajemukan agama merupakan anugerah Tuhan YME, Indonesia adalah "rumah bersama", kerukunan antaragama di Indonesia.
Pensosbud KBRI Vatikan, Wanry Wabang kepada Antara London, Senin mengatakan Deklarasi Roma yang terdiri dari delapan butir dicapai setelah peserta merupakan diaspora Indonesia dari berbagai agama di Eropa bertemu di Villa Aurellia, Roma, dari tanggal 30 Juni hingga 1 Juli.
Dikatakannya kedelapan butir deklarasi antara lain berisi kesepakatan bahwa kemajemukan agama merupakan anugerah Tuhan YME, Indonesia adalah "rumah bersama", kerukunan antaragama di Indonesia menjadi rujukan dunia, saling pengertian perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, mengharapkan agama tidak dimanfaatkan untuk kepentingan politik sesaat, dan mengimbau semua agama menampilkan keterbukaan dalam semangat persaudaraan keimanan, keindonesiaan, dan kemanusiaan.
Dialog diprakarsai Kedutaan Besar RI untuk Takhta Suci Vatikan ini dibuka Dubes Antonius Agus Sriyono yang dalam sambutan mengharapkan dialog antaragama tidak hanya menyentuh tataran elit dalam masyarakat Indonesia terutama melibatkan lapisan "akar rumput".
Melalui dialog ini diharapkan tumbuhnya sikap saling pengertian diantara pemeluk agama yang berbeda sehingga terwujud kehidupan harmonis dalam masyarakat Indonesia yang majemuk.
Hadir dan memberikan arahan, Sekjen Kementerian Agama Prof Dr Nur Syam, Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja sama Antaragama dan Peradaban, Prof Dr Din Syamsuddin, Staf Ahli Bidang Sosial dan Budaya Kementerian Luar Negeri, Ibu Dewi Sawitri Wahab dan, Dr Mohammad Rifqi Muna. Dalam kesempatan ini hadir pula Dubes RI untuk Italia, Ibu Esti Andayani.
Selain melakukan serangkaian dialog, hari ini peserta mengunjungi Basilika Santo Petrus di Vatikan serta Masjid Agung di Roma. Di Basilika, Pastor Markus Solo, SVD yang telah bekerja di Vatikan lebih dari 10 tahun bertindak sebagai pemandu. Masjid Agung Roma mulai dibangun sekitar tahun 1984. Kunjungan ke dua tempat ini dimaksudkan untuk saling mengenalkan pusat peribadatan Katholik dan Islam kepada para peserta. Diharapkan dialog semacam ini dapat berlanjut di negara Eropa lainnya. (*)