Pamekasan (Antaranews Jatim) - Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin (STIU) Al-Mujtama` Pamekasan, Jawa Timur, yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarat (LP2M) di kampus itu, berupaya mewujudkan masyarakat Qurani.
"Cita ideal KPM mahasiswa STIU ini, sesuai dengan tema yang diusung kali ini, yakni Memasyarakatkan Al Quran," ujar Koordinator LP2M STIU Al-Mujtama Pamekasan Jatim, MA.
Dalam rilis yang diterima Antara di Pamekasan, Madura, Senin malam, Jatim menjelaskan, sebanyak 28 mahasiswa yang terdaftar di semester VII dilepas untuk terjun ke masyarakat dalam rangka Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM).
Kegiatan akademik yang merupakan salah satu dari tri dharma perguruan tinggi tersebut diharapkan agar para mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu Al-Quran yang telah ditempuh selama enam semester di kampus yang bernaung di bawah Yayasan Al-Mujtama` Al-Islami di Plakpak, Pegantenan, Pamekasan, tersebut.
"KPM ini memiliki misi mewujudkan khaira ummah (umat terbaik) dengan melalui penanaman nilai-nilai Al Quran, yang dalam teknisnya memberi manfaat kepada masyarakat dan mengajak serta masyarakat lebih memahami Al-Quran," ujar dosen alumni Al-Azhar Mesir tersebut.
Ia lebih lanjut menjelaskan, KPM merupakan salah satu media yang disediakan oleh STIU Al-Mujtama` Pamekasan untuk mengabdi kepada Allah SWT dan kemanusiaan.
"Konsep pemahaman dan pengaplikasian Al Quran dengan memakai Living Quran menjadi pilihan yang dipandang efektif dan solutif dalam pelaksanaan KPM STIU Al-Mujtama` Pamekasan tahun akademik 2017-2018 ini," katanya.
Sebanyak 28 mahasiswa tersebut dibagi dalam lima kelompok dan semuanya ditempatkan di lima desa, yaitu Desa Akkor, Kecamatan Palengaan, Desa Bulangan Haji, Kecamatan Pegantenan, Desa Tampojung Tengginah, Kecamatan Waru, dan Desa Tampojung Tengah, Kecamatan Waru.
KPM di lima desa itu, semuanya beranggota mahasiswa (putra), sementara untuk mahasiswi (putri) di lokasi berbeda dengan sasaran lembaga pondok pesantren yang ada di Kabupaten Pamekasan.
"Khusus mahasiswi sebanyak 34 orang, dan lokasi KPM tidak bercampur baur dengan mahasiswa," kata Jatim, menjelaskan.
Menurut Jatim, KPM mahasiswa di enam pesantren yakni di Pondok Pesantren Nurul Ulum - Ponjanan, Pondok Pesantren Addurriyah, Kadur, Pondok Pesantren Nahdhatun Nasyi`in Kadur, Yayasan Miftahul Islam Waru Barat, Pondok Pesantren Bustanul Ulum, Saba Jeruk Palengaan, dan Pondok Pesantern Tadribuddu`at di Desa Pamoroh. Kecamatan Kadur.
"Jadi proteksi terhadap mahasiswi menjadi alasan, mengingat mereka perempuan maka pesantren lebih cocok untuk mereka meskipun dalam teknisnya memungkinkan mereka juga terjun ke masyarakat seperti mengisi kajian di majlis ta`lim Muslimat dan mengajar di sekolah atau madrasah yang tentunya kegiatan tersebut tetap dalam pantauan pesantren yang ditempati KPM," kata Jatim yang juga dosen Sejarah Peradaban Islam itu.
Kalangan pesantren umumnya menyambut gembira program KPM mahasiswi itu, karena para peserta semuanya hafal Al Quran yang memang menjadi fokus program STIU Al-Mujtama` Plakpak, Pamekasan selama ini. (*)