Malang (Antaranews Jatim) - Direktur Akses Non-Pemodalan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Syaifullah mengemukakan saat ini pengusaha ekonomi kreatif masih berjalan sendiri, terutama dari akses permodalan, sebab sebagian besar mengandalkan modal pribadi.
"Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) 2016, 92,3 persen pengusaha ekonomi kreatif mengandalkan modal pribadi, 24,44 persen mendapatkan modal dari perbankan, dan 0,66 persen mengakses modal ventura," kata Syaifullah saat sosialisasi Food Startup Indonesia (FSI) 2018 di Kota Malang, Jawa Timur, Jumat.
Padahal, kata Syaifullah, pemerintah menargetkan adanya peningkatan pendapatan dari sektor ekonomi kreatif ini, karena ekonomi kreatif diyakini mampu menopang perekonomian masyarakat. Oleh karena itu, Bekraf memiliki sejumlah strategi, seperti meningkatkan nilai tambah pelaku usaha ekonomi kreatif melalui penyaluran modal, meningkatkan pemahaman stakeholder terhadap akses permodalan,.
Selain itu, lanjutnya, meningkatkan kapasitas pelaku kreatif melalui bimbingan teknis serta membangun ekosistem kreatif dengan bersinergi bersama lembaga lain. Bekraf juga menyediakan sejumlah platform program "online" yang bisa diakses oleh pelaku usaha rintisan ekonomi kreatif, antara lain FSI, subsektor perfilman, platform permodalan, dan bantuan insentif pemerintah.
Khusus untuk FSI 2018, katanya, Bekraf mengundang 100 startup kuliner Indonesia yang berkeinginan untuk maju dan tumbuh dalam kancah global. Usaha rintisan kuliner ini bisa mendaftar secara online, namun nantinya produk mereka tetap akan dikurasi untuk bisa lolos ke tahap selanjutnya dan 100 startup yang lolos itu akan mendapatkan mentoring dari ahli kuliner, pelaku usaha, serta investor.
Saat ini, Bekraf masih bertahap menggarap ke-16 subsektor dengan membaginya dalam kelompok unggulan dan prioritas. Untuk subsektor unggulan ada tiga, yakni kriya, kuliner, dan fesyen.
"Ekonomi kreatif ini menyumbang pendapatan negara sebesar 5,07 persen dan pemerintah menargetkan bisa menjadi 12 persen pada 2019. Karenanya, ekonomi kreatif ini diharapkan menjadi salah satu penopang perekonomian Indonesia.
Kota Malang merupakan kota keenam di Indonesia yang menjadi lokasi sosialisasi FSI 2018.
Sementara itu, Kasubdit Dana Masyarakat Bekraf Hanifah menyampaikan bagaimana sebuah usaha rintisan kuliner bisa dibangun. "Ekosistem ekonomi kreatif kuliner dibangun terlebih dahulu dan itu sangat penting," ujarnya.
Ekosistem startup kuliner meliputi badan pemerintah, mentor, pemasaran, akses permodalan, dan pasokan. Badan pemerintahan itu antara lain Bekraf, HKI, BPOM, pajak, serta lembaga pemberi pernyataan halal. Sedangkan pemasaran itu terkait rantai distribusi, keterlibatan pasar modern, dan kepastian pasar.
"Kalau berbicara produk tentunya pasokan bahan. Dan yang menjadi persyaratan penting peserta FSI, mereka adalah produsen alias pemilik produk yang hendak dijual. Jadi bukan membeli dari orang lain kemudian dikemas ulang. Harus benar-benar memiliki produk sendiri," katanya.
Dalam sosialisasi yang diikuti puluhan pengusaha rintisan bidang kuliner di Malang raya itu, juga dipamerkan sejumlah produk kuliner di Malang raya, seperti kue kering, keripik, dan sambal kemasan.(*)
Bekraf: Pengusaha Ekonomi Kreatif masih Jalan Sendiri
Jumat, 9 Maret 2018 20:31 WIB
Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) 2016, sekitar 92,3 persen pengusaha ekonomi kreatif mengandalkan modal pribadi, 24,44 persen mendapatkan modal dari perbankan, dan 0,66 persen mengakses modal ventura.