Kediri (Antaranews Jatim) - Air yang ada di sumur warga maupun sungai di Lingkungan Majekan, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur, diduga tercemar dan saat ini Pemerintah Kota Kediri, masih menunggu hasil uji laboratorium lingkungan di Surabaya, untuk pemeriksaan air warga tersebut.
"Kami masih menunggu hasil uji laboratorium secepatnya. Untuk pengambilan sampel sudah kami lakukan dengan mengambil air di sumur warga," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kota Kediri Didik Catur di Kediri, Selasa.
Ia mengatakan, adanya pemeriksaan itu berawal dari aduan masyarakat yang mengeluhkan sumur yang airnya berubah menjadi hitam serta saluran air yang mengeluarkan bau serta busa. Dinas lingkungan hidup juga belum mengetahui dengan pasti, mengapa air warga menjadi berubah.
"Ada pengaduan masyarakat dan kami menindaklanjutinya. Tim gabungan dari DLHKP, dinas kesehatan, dinas perizinan dan instansi terkait lainnya datang ke sana untuk pemeriksaan untuk memastikannya," katanya.
Dugaan pencemaran air bersih itu terjadi di rumah warga, di Lingkungan Majekan, Kelurahan/Kecamatan Pesantren. Terdapat beberapa sumur milik warga yang airnya menjadi tidak layak konsumsi. Hal itu membuat aktivitas sehari-hari menjadi terganggu, sebab tidak bisa memanfaatkan air di sumur mereka.
Petugas sempat mendatangi sejumlah rumah warga di daerah tersebut. Rumah itu didatangi, sebab diperkirakan sebagai titik pencemaran terdekat, seperti rumah Kaseno. Di rumah Kaseno, merupakan titik yang terdekat dari tangki tampung tetes dari sebuah pabrik gula di Kota Kediri.
Selain di rumah warga, petugas juga mengambil sampel air di gereja yang lokasinya sangat dekat dengan dampak pencemaran air untuk diperiksa di laboratorium. Petugas juga memeriksa saluran pembuangan di pabrik gula tersebut.
Petugas juga mengambil sampel air terjauh dari lokasi pencemaran air bersih milik warga. Seluruhnya diperiksa untuk mengetahui tingkat pencemaran serta dampaknya untuk kesehatan tubuh.
Pemkot juga belum melakukan langkah lebih lanjut terkait dengan aduan warga itu, sebab masih menunggu hasil uji laboratorium di Surabaya. Pemkot baru akan bertindak serta memutuskan langkah selanjutnya setelah hasil uji laboratorium itu keluar. (*)