Jakarta, (Antara) - Berbagai kegiatan di Tanah Air telah disiapkan untuk menyambut pergantian tahun 2017 ke 2018 dan umumnya adalah sebuah kemeriahan seperti halnya masyarakat di dunia melakukannya.
Biasanya acara-acara yang bernuansa kemeriahan diselenggarakan komunitas-komunitas masyarakat maupun warga. Selama ini, tanpa komando atau perintah pun masyarakat dan warga menyambut tahun baru dengan kegiatan suasana yang merah dan identik dengan petasan, terompet serta kembang api.
Sebelum saatnya tiba menit-menit pergantian tahun, masyarakat dan warga biasanya berbondong-bondong menuju lokasi yang dinilai tepat untuk kegiatan tersebut. Jalanan pun padat, bahkan macet karena animo masyarakat menyambut pergantian tahun demi sebuah kenangan.
Demi sebuah kemeriahan dan kenangan, tampaknya sebagian orang tidak sayang mengeluarkan uang untuk membeli terompet, petasan dan kembang api. Tetapi itulah pilihan orang dalam menyambut pergantian tahun.
Apalagi tidak ada larangan untuk melakukan kegiatan yang bernuansa kemerahan menyambut pergantian tahun. Yang penting semua itu berjalan aman dan tertib dengan dukungan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan itu.
Kini di samping hiruk-pikuk kemeriahan menyambut pergantian tahun, tidak sedikit pula masyarakat atau warga yang memilih mengisi menit-menit akhir tahun dan awal tahun dengan doa bersama.
Kalau kemerahan merata di semua wilayah, pun demikian dengan kegiatan doa bersama yang dilakukan oleh masyarakat, warga dan jajaran pemerintah daerah di Indonesia.
Sebut saja kegiatan doa bersama dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur saat malam Tahun Baru 2018 di depan Kantor Gubernur Jatim, Jalan Pahlawan, Surabaya. Istilah yang digunakan adalah istighatsah yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bermakna "doa untuk memohon pertolongan kepada Allah SWT".
Kegiatan ini juga diisi dengan salawat dan hadrah dari Ikatan Seni Hadrah (Ishari) dari enam daerahdi Jatim, yaitu Pasuruan, Jombang, Mojokerto, Surabaya, Gresik dan Sidoarjo. Selain itu, diserahkan santunan secara simbolis kepada 200 anak yatim-piatu serta ceramah oleh Pengasuh Ponpes Al Madinah Denanyar Jombang KH Muhammad Najib Muhammad.
Seperti peringatan malam-malam tahun baru sebelumnya, dijadwalkan hadir para pimpinan daerah, Forkopimda, tokoh agama dan tokoh masyarakat, pimpinan partai politik dan pimpinan organisasi perangkat daerah.
Kegiatan yang sama juga diselenggarakan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Selain pimpinan umat Islam, beberapa pimpinan umat agama lainnya juga hadir dan Gubernur Awang Farouk melakukan doa bersama di ujung tahun 2017.
Makna kegiatan ini adalah bersyukur atas berkah selama ini sekaligus memohon keberkahan pada 2018. Doa bersama berlangsung di Taman Tepian Mahakam, Jalan Gajah Mada Samarinda. Doa akan dipimpin para tokoh agama Hindu, Buddha, Kristen, Katolik dan Islam.
Gubernur mengundang warga Kaltim untuk bersama-sama melepas akhir tahun 2017 dengan doa agar Kaltim tetap kondusif, aman dan damai menuju Tahun Baru 2018.
Melalui doa bersama diharapkan suasana kondusif dan keberkahan yang diterima daerah ini sepanjang 2017, bisa dipertahankan bahkan meningkat 2018, termasuk berharap meningkatnya pertumbuhan ekonomi di masa mendatang serta tetap terjalinnya hubungan harmonis antaragama sehingga Kaltim lebih maju dan rakyatnya sejahtera.
Tak lupa, panitia menyiapkan sajian berbagai makanan tradisional. Untuk menikmati bersama hidangan tersebut, warga Kaltim umumnya dan warga Samarinda khususnya, diundang hadir dalam kegiatan doa bersama ini sekaligus bersilaturahim.
Awang sangat berharap agar masyarakat menyambut momen pergantian tahun ini dalam suasana gembira namun tetap sejuk, damai dan tidak berlebihan. Momentum pergantian tahun ini juga diharapkan sebagai introspeksi diri untuk membuat perubahan lebih baik pada 2018.
Pertama, gubernur mengajak masyarakat melepas tahun 2017 dengan doa. Berikutnya masyarakat diperilahkan memeriahkan momen pergantian tahun ini dengan kembang api dan lainnya, tetapi jangan berlebihan, apalagi kebut-kebutan, minum-minuman keras dan hal-hal lain yang tidak produktif.
Bukan hanya doa bersama, namun acara juga dimeriahkan dengan hiburan dan berbagai tarian yang dilakukan kerja sama dengan Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kaltim.
Hindari Hura-Hura
Ajakan agar pergantian tahun tidak dilakukan secara berlebihan telah pula disampaikan Majelis Ulama Indonesia (MUI). MUI mengingatkan umat Islam untuk tidak berhura-hura saat pergantian tahun 2017 menuju 2018.
Ketua Umum MUI Ma'ruf Amin di Gedung MUI, Jakarta, mengajak dan mengimbau masyarakat luas untuk menyambut dan menyongsong tahun baru tersebut dengan penuh kesederhanaan dan tidak hura-hura. Umat Islam agar menghindari perilaku materialistik, konsumeristik dan hedonistik dalam pergantian tahun baru.
Ma'ruf juga mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menjaga persatuan dan kesatuan serta menjauhi falsafah dan pandangan hidup yang tidak sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Dengan begitu, Bangsa Indonesia dapat berdiri kuat dan kokoh sehingga terwujud cita-cita menjadi bangsa yang indah, aman, damai dan rakyat hidup dalam kesejahteraan, berkeadilan serta dilindungi Allah SWT.
Untuk penguatan ekonomi nasional pada 2018, Ma'ruf mengajak masyarakat untuk membeli produk-produk dalam negeri dan meningkatkan produktivitas industri lokal.
Intinya adalah menyambut pergantian tahun dengan kesederhanaan dan menghindari hura-hura serta ke depan menguatkan ekonomi nasional dengan mengutamakan pembelian terhadap produk lokal.
Imbauan dan ajakan MUI Pusat itu bergaung ke daerah-daerah. Misalnya, MUI Kabupaten Lebak, Banten, mengimbau umat Islam agar penyambutan Tahun Baru 2018 tidak diisi dengan hura-hura, foya-foya dan berlebihan. Bahkan pergantian tahun lebih baik dilaksanakan dengan kegiatan yang positif, seperti menggelar doa bersama.
Wakil Ketua MUI Kabupaten Lebak KH Ahmad Khudori menyatakan, hura-hura tidak ada manfaatnya, bahkan sangat mubazir.
Perbuatan mubazir sama dengan temannya setan dan Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang melakukan hura-hura dan berlebihan.
MUI juga meminta masyarakat tidak menyambut tahun baru dengan melakukan perbuatan maksiat, di antaranya minum minuman keras, pesta narkoba, pesta seks dan membakar petasan. Pergantian tahun sebaiknya dapat dijadikan bahan introspeksi diri agar tahun depan menjadi lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.
Tertib
Seruan, imbauan dan ajakan juga disampaikan Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Dailami Firdaus. Sebagai wakil rakyat dari DKI Jakarta, dia mengajak seluruh masyarakat untuk berkomitmen menjadikan malam pergantian tahun serta mengawali tahun baru 2018 dengan tertib dan sebagai "zero accident day".
Dengan komitmen dan sinergitas seluruh elemen masyarakat dan instansi terkait, "zero accident day" diyakini dapat terwujud dan menjadi permulaan yang sangat positif dalam membangun kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga keamanan dan kenyamanan.
Kecelakaan dan kesemrawutan malam tahun baru selayaknya dapat dicegah agar tidak memakan korban. Apalagi kecelakaan dan kasus lainnya juga sering menjadi menu di media massa dan media sosial pada esok hari setelah kegiatan penyambutan pergantian tahun.
Karena itu, diperlukan gerakan bersama untuk menciptakan dan menumbuhkan kesadaran masyarakat. Kesopanan di jalan selayaknya tetap dijaga. Pengendara pun diingatkan agar mematuhi peraturan dan memakai helm bagi para pengendara kendaraan roda dua.
Yang terpenting jangan mabuk-mabukan. Apalagi melakukan kemaksiatan. Yang perlu dikedepankan, pergantian tahun sebaiknya diisi dengan hal hal yang positif seperti hadir dalam tabligh akbar atau majelis majelis zikir untuk mendengarkan nasihat dan tausiah dari para ahli agama.
Dia pun mengajak berdoa dengan penuh kekhusyuan agar semakin dekat dengan Tuhan Sang Maha Pencipta. Bersamaan dengan itu, melakukan evaluasi diri agar bisa meraih keberhasilan lebih baik lagi dengan penuh semangat dan optimisme di tahun depan.
Imbauan dan ajakan itu agaknya patut direnungkan dan kemudian dilaksanakan mengingat tantangan kehidupan di tahun depan diperkirakan semakin beragam, termasuk potensi musibah dan bencana alam. Yang pasti berdoa adalah kegiatan yang berbanding terbalik dengan kemeriahan yang identik dengan pengeluaran untuk membeli petasan, terompet, kembang api dan sebagainya.
Bahkan untuk sekedar keliling kota pun membutuhkan tenaga (karena kemacetan) dan biaya (BBM dan sebagainya) yang sebenarnya bisa dihindari. Kemudian dialihkan untuk kegiatan yang lebih positif dan produktif dalam mengisi rentang waktu di tahun 2018.(*)
