Tulungagung (Antara Jatim) - Pengajar di SDN 1 Jeli, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur memberi perhatian khusus kepada salah satu siswanya, David Ashari (11) yang kini bekerja serabutan di sebuah tempat usaha penggilingan padi demi menafkahi neneknya yang sudah renta dan sakit-sakitan.
"Saban hari, setiap masuk sekolah kami memperhatikan perkembangan David ini," kata guru kelas VI SDN 1 Jeli, Solehah dikonfirmasi usai jam pelajaran sekolah di SDN 1 Jeli, Desa Jeli, Kecamatan Karangrejo, Jumat.
David sendiri sebenarnya baru duduk di bangku kelas IV. Namun siswa yatim yang kini hidup hanya dengan neneknya yang sudah renta dan sakit-sakitan itu memiliki kedekatan batin dengan Solehah.
Menurut penuturan Solehah, hal itu tidak lepas dari rasa empatinya yang mendalam atas kondisi David yang seperti sebatang kara.
Ayah David telah meninggal dunia dalam satu peristiwa kecelakaan, beberapa tahun silam. Sementara kakaknya, Naim (20) masuk bui (penjara) karena terlibat tindak pidana kriminalitas.
Konon menurut penuturan warga dan kerabat sekitar rumahnya di Desa Jeli, ayah David juga seorang residivis, kendati kakek-nenek dulu tergolong pekerja keras dan semoat besar dari usaha sebagai pengepul hasil panen padi para petani setempat.
Solehah semakin berempati justru karena David yang masih kecil, berisiko terpengaruh perilaku buruk orang tua yang suka mabuk-mabukan dan suka mencuri, juga kakaknya yang terakhir ditangkap warga dan polisi karena menjambret.
"Setiap ada kesempatan, saya selalu mengingatkan David agar jangan sampai meniru bapak ataupun kakaknya. Dia tahu apa yang diperbuat mereka, sehingga berjanji untuk tidak melakukan kesalahan (kejahatan) yang sama," kata Solehah.
Sikap perhatian Solehah, juga sejumlah guru lain, membuat David merasa dekat dengan guru kelas VI itu.
Saban pagi tiap baru masuk sekolah david langsung menuju kelas VI untuk sungkem mencium tangan kepada Solehah.
"Tiap pagi saya tanya dia, punya 'sangu' (uang saku) atau tidak. Dia jujur, jika punya akan bilang punya. Dan jika tidak akan ngomong, kadang kami kasih Rp1000 atau Rp1.500 buat jajan," katanya.
Selain perhatian personal, kepala SDN 1 Jeli Tutik Rahayu mengatakan David mendapat sumbangan sukarela hasil pengumpulan para pendidik di sekolah tersebut.
Uang yang terkumpul tidak langsung dikasihkan david, melainkan dimasukkan tabungan koperasi atas nama David untuk digunakan biaya dan keperluannya dalam menjalani kegiatan belajar-mengajar.
"Secara materi untuk kegiatan sekolah, David tidak terlalu ada masalah. Sebab sekolahnya juga gratis berkat ada program BOS (bantuan operasional sekolah). Namun untuk kebutuhan rohani dan psikologis, David tentu sangat kekurangan perhatian, terutama dari orang tua yang sudah tidak ada," kata Tutik.
Kondisi kejiwaan David yang miskin perhatian dan serba kekurangan itu membuat nilai akademik David Ashari di bawah rata-rata siswa sekelasnya.
Namun David disebut Tutik maupun Solehah sebagai pribadi anak yang baik, pendiam/pemalu namun mudah bergaul dengan rekan-rekan sebayanya.
David Ashari (11), nama bocah itu, Selasa mengakui pekerjaan serabutan itu awalnya dia lakukan untuk membantu membelikan satu unit kompor gas dan televisi untuk sang nenek, pengasuhnya yag kini sudah berusia 74 tahun.
"Uangnya untuk nenek," kata David dengan nada pelan. David yang barus saja pulang dari sekolah tampak tidak banyak bicara. Saat diajak berbincang dengan wartawan, David yang kini duduk di bangku kelas IV menjawabnya dengan kalimat pendek-pendek.
Ia mengaku terobsesi untuk mengumpulkan uang demi membelikan televisi dan kompor gas buat sang nenek yang beberapa tahun terakhir mulai sakit-sakitan.
David mengaku menjalani aktivitasnya dengan kesadaran sendiri, yang dikerjakan sepulang dari sekolah dan mengaji diniyah mulai sekitar pukul 13.00 WIB hingga 16.00 WIB. (*)