Jombang (Antara Jatim) - Seorang siswa kelas VI SD di Jombang, Jawa Timur, yakni Reyang Permana (11), bekerja untuk membiayai sekolahnya sendiri, sekaligus membantu perekonomian keluarga.
"Saya malu kalau minta-minta. Ini saya ngelap juga tidak maksa orang untuk ngasih (memberi). Kalau dikasi (diberi), saya terima, kalau tidak, juga nggak apa-apa," katanya di Jombang, Kamis.
Putra ketiga dari pasangan suami istri Adi Suparno (40) dan Anik Nur Sholikhah (36) itu rela tidak bermain dengan teman-temannya karena harus mencari uang untuk biaya sekolah dengan jasa pengelapan kendaraan orang.
Setiap hari sepulang mengaji, bocah asal Desa Sumbermulyo, Kecamatan Jogoroto itu pergi ke salah satu apotek di belakang RSUD Jombang untuk mengelap kendaraan pengunjung, baik sepeda motor maupun mobil.
Setelah mengelap kendaraan di lokasi itu, Reyang tidak lantas meminta uang sebagai upahnya, namun bocah mungil tersebut memilih menunggu diberi oleh pemilik kendaraan.
Bahkan, ia selalu menanyakan kepada pemilik kendaraan yang memberi uang diatas Rp2.000, karena dianggap terlalu banyak. "Saya bukan peminta-minta. Lebih baik saya bekerja seperti ini dari pada saya mengemis di jalan, sembari mencari pekerjaan lain, siapa tahu ada," katanya
Setiap sore, Reyang berangkat ke tempat bekerja dengan menaiki sepeda kayuh dari rumahnya. "Saya tidak bisa melarang karena memang kami tidak mampu memberikan uang jajan. Jadi, dia mencari uang sendiri," kata Anik Nur Sholikhah, ibu kandung Reyang saat ditemui di rumahnya.
Anik juga menceritakan bahwa keluarganya tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah, termasuk bantuan khusus pendidikan anaknya melalui program Kartu Indonesia Pintar (KIP) maupun Program Keluarga Harapan (PKH). "Pernah mengajukan, tapi tidak dapat sampai sekarang," katanya.
Secara terpisah, Kepala Dinsosnakertrans Jombang, Heru Widjajanto, mengakui keberadaan keluarga Reyang Permana (11) yang tergolong miskin di Desa Sumbermulyo, Jogoroto, Jombang itu belum masuk sebagai penerima bantuan itu.
"Terus terang, kami belum tahu. Kita akan terjunkan tim untuk mencari data lengkapnya, apakah betul yang bersangkutan belum masuk database. Seandainya belum, kami akan melakukan pendataan dan langsung melaporkan ke Kemensos," ujarnya.
Dinsos akan menerjunkan tim untuk segera melakukan pengecekan dan pendataan, sehingga keluarga Reyang dapat masuk dalam database dan diajukan sebagai penerima bantuan ke Kementerian Sosial (Kemensos).
"Jadi, setelah data dikirim, besoknya langsung divalidasi oleh kementerian. Jika memenuhi 11 kriteria yang ditentukan, maka akan terbit SK (Surat Keputusan). Pada pencairan berikutnya, namanya akan masuk sebagai penerima bantuan," paparnya.
Hingga kini, lanjut Heru, data yang dikantonginya mencatat sebanyak 12.789 warga Kota Santri tercatat sebagai penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), sedangan 550.845 warga terdata sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang merupakan bantuan dibidang kesehatan.
"Kalau dulu, verifikasi itu enam bulan sekali, sedangkan mulai Juni 2016 akan ada verifikasi dan validasi setiap satu bulan sekali, sehingga keakuratan data bisa mendekati maksimal," katanya. (*)
Siswa SD di Jombang Bekerja untuk Biayai Sekolah
Kamis, 28 Juli 2016 16:11 WIB
Saya malu kalau minta-minta. Ini saya ngelap juga tidak maksa orang untuk ngasih (memberi). Kalau dikasi (diberi), saya terima, kalau tidak, juga nggak apa-apa