Bojonegoro (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, Jawa Timur, akan menggelar "focus group discussion" terkait penetapan kawasan cagar alam geologi yang akan dihadiri Tim Badan Geologi Bandung dan berbagai pihak lainnya pada 20-21 November.
"FGD yang semula dijadwalkan pekan lalu ditunda pada 20-21 November karena menunggu kesiapan Tim Badan Geologi Bandung," kata Kasubag ESDM dan Lingkungan Hidup Sumber Daya Alam (SDA) Pemkab Bojonegoro Dadang Aries Subiyanto, Kamis.
Hal itu dibenarkan Peneliti Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" (UPNV) Yogyakarta Dr. Jatmika Setiawan, yang mengusulkan sejumlah geosite di Bojonegoro masuk dalam cagar alam geologi dan "geopark petroleum".
"Tim Badan Geologi memastikan bisa hadir pada 20-21 November. Kepastian kehadiran Tim Badan Geologi sudah disampaikan melalui surat kepada pemkab," kata dia menjelaskan.
Sesuai data geosite yang diusulkan masuk cagar alam geologi dan "petroleum geopark yaitu "petroleum geoheritage" Wonocolo di Kecamatan Kedewan, geosite "antiklin" Kawengan, juga di Kecamatan Kedewan dan geosite Kahyangan Api di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem.
Selain itu, geosite Kedungmaor, di Kecamatan Temayang, geosite Kedung Lantung di Desa Drenges, Kecamatan Sugihwaras, geosite gigi hiu, dan geosite undak Bengawan Solo.
Lainnya geosite Gunung Watu, Watu Gandul, Selo Gajah dan Banyu Kuning, semuanya di Kecamatan Gondang, sedangkan yang masuk "geopark" yaitu Sendang Gong di Desa Gunung Sari, Kecamatan Baureno, Gunung Pegat, Gua Soka, dan makam orang Kalang.
Namun, menurut Dadang, tidak semua geosite yang diusulkan akan ditetapkan sebagai cagar alam geologi dan "geopark petroleum".
"Kemungkinan ada 11 geosite yang ditetapkan sebagai cagar alam geologi," ucapnya seraya menambahkan dirinya tidak hapal 11 geosite itu.
Ia menambahkan dalam FGD di hari pertama yang diundang hanya kalangan tertentu, selain Tim Badan Geologi, Tim UPNV Yogyakarta, juga pihak terkait Perhutani yang geosite diusulkan masuk kawasan hutan.
Namun, lanjut dia, dalam FGD di hari kedua akan menghadirkan berbagai elemen masyarakat termasuk kelompok sadar wisata (pokdwarwis) di lokasi geosite, juga pihak lainnya.
"Harapan FGD untuk menyamakan persepsi terkait cagar alam geologi termasuk untuk pengembangan pariwisata," kata Dadang menegaskan.
Peneliti UPNV Yogyakarta Dr. Jatmika Setiawan mengharapkan Kementerian ESDM segera mengeluarkan sertifikat cagar alam geologi dan "geopark petroleum" untuk sejumlah geosite Bojonegoro.
"Yang jelas adanya sertifikat cagar alam geologi maka pengembangan selanjutnya lokasi setempat bisa menjadi objek wisata," ucapnya. (*)