Jember (Antara Jatim) - Sejumlah pakar bioteknologi dari berbagai negara akan menggelar kegiatan seminar dan workshop bertema "Connecting Innovation in Protein Sciences and Technology" yang membahas masalah protein di Universitas Jember (Unej), Jawa Timur, pada 8-9 November 2017.
"Unej melalui Center for Development of Advance Science and Technology (CDAST) dan Indonesian Protein Society menggelar kegiatan seminar, talkshow, simposium dan workshop yang khusus menampilkan protein sebagai objek kajian," kata staf Humas dan Protokol Unej Fahmi Ilman di Jember, Selasa.
Berdasarkan pendapat beberapa pakar, lanjut dia, masalah ketahanan pangan menjadi salah satu masalah krusial di dunia, sehingga berbagai usaha dilakukan untuk menjamin ketersediaan pangan, mulai dari pemuliaan tanaman, pencegahan alih guna lahan hingga usaha meningkatkan produksi pangan.
"Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi pangan antara lain melalui bioteknologi dan salah satu pemanfaatan bidang ilmu bioteknologi adalah untuk merakit tanaman unggul baru melalui metode rekayasa genetika yang seringkali digunakan," tuturnya.
Sebagai perguruan tinggi yang sudah ditetapkan sebagai pusat keunggulan Bioteknologi oleh Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi, lanjut dia, Unej terus berupaya mengembangkan berbagai produk bioteknologi baik di bidang pertanian maupun kesehatan.
"Panitia menghadirkan para pakar bioteknologi dari berbagai negara yakni Prof Young Kee Kang (Presiden Asian Protein Society), Prof Atatushi Nakagawa (Osaka University, Jepang), Prof Robert James Seviour (La Trobe University, Australia), Prof Peng Zhang (Chinese Academy of Sciences) dan dalam negeri yakni Prof Sangkot Marzuki (Lembaga Eijkman) dan pakar bioteknologi Unej Prof Bambang Sugiharto," ujarnya.
Sementara Ketua Panitia Kegiatan "The 4th International Seminar, Congress, and Workshop of Indonesian Protein Society" Prof Tri Agus Siswoyo mengatakan protein merupakan pemain utama dalam hidup manusia, bahkan semua organisme hidup.
"Protein bekerja sama dalam cara yang kompleks dan terkoordinasi untuk mendukung kehidupan, sehingga memahami fungsi protein dapat memberi petunjuk untuk menjawab persoalan yang belum dipahami dan mengamati struktur secara rinci bisa mengungkapkan bagaimana protein itu bekerja," tuturnya.
Sejauh ini, lanjut dia, perkembangan bidang rekayasa protein di Indonesia masih dirasakan kurang, mengingat begitu banyak keterbatasan dan tantangan yang masih dihadapi para peneliti di bidang tersebut.
"Keterbatasan fasilitas yang dimiliki, serta kurang optimalnya pemanfaatan bidang-bidang penunjang rekayasa protein seperti kimia, mikrobiologi, genetik, bioinformatika dan komputasi menjadi faktor penghambat perkembangan penelitian protein di Indonesia," ucap pakar bioteknologi itu.
Ia menjelaskan salah satu strategi menanggulangi hambatan tersebut dengan meningkatkan kolaborasi nasional dan internasional dengan institut,lembaga, grup penelitian yang berfokus dalam penelitian rekayasa protein.
Selain berfokus pada pembahasan mengenai protein, panitia juga menjadwalkan kegiatan simposium mengenai perberasan, sehingga diharapkan pertemuan dua hari di Kampus Universitas Jember itu akan menjadi ajang saling tukar pikiran dan hasil penelitian diantara para peneliti yang menekuni bioteknologi, termasuk membuka peluang kerja sama.(*)