Direktur Keamanan Informasi Ditjen Aplikasi Informatika Kemkominfo Aidil Chendramata mengemukakan kegiatan pencarian bakat di bidang Teknologi Informasi (TI) Security seperti Born To Protect ini untuk menjaring bakat di bidang IT/cyber security guna mendukung transformasi digitalisasi, khususnya pengamanan sistem dan infrastruktur teknologi informasi.
"Dari Born to Protect ini diharapkan bakat-bakat terbaik yang dapat dibina agar dapat menjadi SDM yang tangguh untuk menghadapi riuhnya serangan siber akhir-akhir ini, sekaligus terjun langsung mendukung industri-industri ekonomi dalam upaya transformasi digital," kata Aidil di sela pembukaan audisi Born to Protect di malang, Jawa Timur.
Sesuai Laporan Indonesia Cyber Security Report 2017 yang diterbitkan ID-SIRTII pada 2016, ada 135,6 juta serangan. Angka tersebut meningkat lebih dari 50 persen dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 89,69 serangan. Port terbanyak yang diserang adalah Port 53 yang digunakan untuk mencari domain name system (DNS).
Adapun negara sumber serangan terhadap Indonesia terbanyak berasal dari Amerika dengan jenis serangan terbanyak DDOS. Masih menurut data ID-SIRTII serangan paling banyak terjadi pada April 2016, yakni 46,338 juta serangan. Sedangkan domain pemerintah (go.id) yang menjadi host phising 17.73 persen dan .id 13,64 persen.
"Berbagai bentuk trend serangan dan insiden itu menggunakan instrumen cyberspace sebagai saluran utama dalam melaksanakan tindakannya," paparnya.
Lebih lanjut, Aidil mengatakan kebutuhan SDM yang memiliki kemampuan dalam mengatasi ancaman serangan siber di Indonesia sangat tinggi. Sementara jumlah SDM yang tersedia masih sangat minim.
"SDM yang dibutuhkan bukan hanya yang memiliki pengetahuan di bidang IT/cyber security saja, mereka yang memiliki kualitas, kapasitas, dan kemampuan di bidang IT/cyber security. Born to Protect ini diharapkan mampu menjadi salah satu solusi pemenuhan SDM di bidang IT," katanya.
Untuk meminimalisasi serangan-serangan di dunia maya tersebut, lanjutnya, pihaknya sudah menyiapkan perangkat aturan, baik melalui Undang Undang maupun turunannya berupa Peraturan Pemerintah (PP). Selain itu, infrastrktur IT dan sosialisasi kepada masyarakat luas terkait aturan yang berkaitan dengan IT.
Tujuan serangan di dunia maya tersebut, khususnya yang ditujukan pemerintah itu, menuut Aidil, bisa jadi terorisme atau kritikal, mereka ingin menunjukkan kemampuannya serta membuktikan kehandalannya di bidang TI.
Mengenai audiri Born to Protect tersebut, Aidil mengatakan diadakan di 10 kota dengan target 1.000 orang yang mengikuti audisi. Kesepuluh kota yang disinggahi progran Born to Protect tersebut, di antaranya adalah Jakarta, Medan, Palembang, Yogyakarta, Bandung, Malang, dan bali.
Born to Protect merupakan program untuk menjaring gladiator muda di bidang cyber security. Program yang digagas oleh Xynexis dan didukung penuh Kementerian Kominfo ini diharapkan mampu menjaring 10.000 kandidat talent cyber security Indonesia setiap tahunnya. Di akhir setiap program akan terpilih 100 gladiator IT yang akan didik menjadi jagoan cyber security di event Digital Camp selama dua pekan.(*)
Video Oleh Endang Sukarelawati