Kediri (Antara Jatim) - Penyandang disabilitas dilibatkan dalam usaha konveksi batik "Wistara" Surabaya, Jawa Timur, guna memberdayakan penderita keterbatasan fisik.
"Di rumah ada 10 anak. Rata-rata mereka putus sekolah, bisu tuli, dan mengalami cacat tubuh. Intinya, saya ingin membuka lapangan pekerjaan baru," kata Pemilik Batik "Wistara" Aryo Setiawan saat di Kediri, Senin.
Ia mengatakan, yang bekerja di tempatnya memang mayoritas penyandang disabilitas. Namun, hasil pekerjaan mereka tidak kalah dan kualitasnya cukup baik. Mereka juga bisa mendapatkan penghasilan dari bekerja membuat batik.
"Ini sudah menjadi pekerjaan mereka. Sebelumnya, mereka dilatih dinas sosial. Kami kan juga telah bekerjasama dengan dinas sosial, mereka dididik," katanya.
Aryo mengatakan usaha ini sudah digelutinya sejak 2010. Awalnya, ia mempunyai usaha konveksi dengan bahan baku dari berbagai kain asal Madura, Sidoarjo. Setelah melakukan evaluasi, akhirnya terpikir untuk membuat usaha sendiri.
Ia juga ingin agar kerajinannya mempunyai ciri khas tersendiri, sehingga mendesain batik. Motif yang digunakan adalah motif "Lawasan", misalnya dari motif Mojopahit. Namun, untuk motif tidak ada pakem khusus, sehingga menggabungkan berbagai motif.
"Motifnya abstrak, jadi tidak ada pakem. Misalnya di Solo ada parang, kawung, jadi kami gabung semua. Ini jika menjadi karya bagus, karena ada kombinasi," ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan untuk batik yang dibuatnya kebanyakan tulis dan cap. Omzetnya saat ini juga cukup bagus dan terus berkembang. Dari awalnya hanya puluhan potong per bulan, saat ini omzetnya bisa sampai ratusan potong per bulan.
Harga dari kain yang dijualnya juga standar. Ukuran kainnya per potong adalah 2,5 meter dengan harga mulai dari Rp150 ribu per potong, tergantung jenis batik tulis atau cap. Untuk batik tulis harganya juga relatif lebih mahal.
"Kami juga binaan dari dinas koperasi, jadi ini juga memudahkan untuk menjual produk. Jika seragam, 200 kain bisa keluar. Ini harganya juga relatif, mulai Rp150 ribu per potong ukuran 2,5 meter," katanya.
Untuk penjualan kata dia, juga memanfaatkan jejaring sosial baik "Facebook" ataupun jejaring lainnya. Ia berharap, dengan usaha tersebut, produk yang dibuatnya juga lebih dikenal sehingga pesanan juga lebih meningkat. Dengan itu, honor yang diberikan pada para pegawai yang mayoritas penyandang disabilitas juga bisa lebih tinggi.
Sebelumnya, Pendiri "Sahabat UMKM" yang juga mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko menyebut perkembangan teknologi tidak bisa dihindari oleh pemilik UMKM, sehingga mereka harus siap menghadapi persaingan bebas.
"E-commerce ke depannya akan menjadi jembatan bagi yang produknya bagus, tapi belum terangkat masih 'Offline' dan ke depan jadi 'Online'. Ini akhirnya mobilitas produsen dengan konsumen semakin dekat. Ini tidak bisa dielakkan dalam globalisasi ini," katanya saat di Kediri, akhir pekan lalu. (*)