Kediri (Antara Jatim) - Siti, seorang penyandang difabel asal Desa Toyoresmi, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, berhasil mengembangkan kreativitasnya, membuat kerajinan dari bahan baku benang rajut, yang bahkan sudah dikirim ke berbagai daerah di Jatim hingga luar kota.
Siti mengatakan ia tidak sengaja bergelut di seni rajut ini. Ia awalnya menekuni aneka kerajinan dari anyaman bambu, namun karena keterbatasan fisik, usaha itu tidak dilanjutkannya. Kakinya lumpuh sejak kelas lima sekolah dasar karena penyakit, sehingga ia tidak bisa sendiri membersihkan bahan baku untuk kerajinan dari bambu tersebut.
"Awalnya saya membuat kerajinan dari anyaman bambu, tapi karena keterbatasan fisik, akhirnya mencoba merajut. Karena cocok, saya bertekad menekuninya," katanya di Kediri, Jumat.
Siti yang warga Desa Toyoresmi, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, itu mengaku sudah tiga tahun menekuni usaha ini. Awalnya, ia membuat gantungan kunci untuk kemenakannya dan dibawa ke sekolah. Ternyata, banyak teman kemenakannya yang tertarik, sehigga sejak itu ia memutuskan untuk lebih menekuni usaha ini.
Ia menyebut, belajar secara ototidak membuat kerjinan rajut tersebut. Beragam produk kerajinan rajut telah dibuatnya, seperti aneka gantungan kunci, dompet, hingga tas. Dari hasil kerajinan itu, ia juga bisa mempunyai pendapatan dan mencukupi untuk kebutuhannya sehari-hari.
Untuk lebih mengembangkan kreativitasnya, ia kini juga bergabung dengan komunitas rajut di Kediri sejak dua tahun lalu. Ia dengan mudah mendapatkan bahan baku benang misalnya jenis nilon, polycery, filamen, dan berbagai keperluan untuk merajut lainnya.
Harga kerajinan rajut yang dibuatnya juga beragam. Misalnya untuk gantungan kunci dijual mulai Rp10 ribu hingga Rp30 ribu per unit, tergantung ukuran, jenis barang, serta tingkat kesulitan.
Sementara, untuk dompet dijual seharga Rp30 ribu hingga Rp80 ribu per unit. Untuk tas dijual dengan beragam harga, mulai Rp150 ribu hingga Rp350 ribu per unit. Harga barang-barang tersebut juga disesuaikan dengan banyaknya jumlah benang yang dibutuhkan ataupun kualitas benang.
Ia menyebut, merajut tidak membuatnya kesulitan. Ia juga bisa menyelesaikan dalam waktu singkat. Misalnya, untuk tas rajut ukuran besar bisa selesai dalam waktu 2-3 hari. Selain pesanan, ia juga mempunyai persediaan untuk dijual.
"Selama ini tidak ada kendala berarti. Hanya saja kadang mencari bahan yang sesuai dengan permintaan pelanggan, karena di Kediri tidak banyak yang menjual bahan rajut secara lengkap," katanya.
Siti menambahkan, untu penjualan ia banyak memanfaatkan lewat jejaring sosial "Facebook". Lewat daring itu, pelanggan banyak memesan padanya. Misalnya dari Surabaya, Mojokerto, Bogor, hingga sejumlah kota di Jawa Tengah. Beberapa pembeli asal Kediri juga banyak.
Hampir setiap hari ia berhasil mendapatkan pesanan. Dalam waktu satu bulan, setidaknya ia bisa menjual hingga lima unit tas serta lebih dari 20 unit gantungan kunci. Untuk dompet ia bisa menjual hingga 15 unit selama satu bulan.
Ia berharap, kerajinan yang ia geluti saat ini bisa semakin berkembang, bahkan bisa menjadi motivasi bagi yang mempunyai keterbatasan fisik seperti dirinya. Walaupun dirinya mengalami keterbatasan fisik, ia tetap bisa berkarya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kediri Krisna Setiawan mengemukakan pemerintah kabupaten mendorong masyarakat untuk kreatif. Berbagai program juga dibuat, misalnya pelatihan termasuk menyelenggarakan pameran UMKM.
"Kami sering mengadakan pameran UMKM, itu juga sebagai upaya untuk promosi berbagai produk warga Kabupaten Kediri," kata Krisna. (*)