Madiun (Antara Jatim) - Sejumlah petani tembakau di sentra tanaman tembakau Desa Ngale, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, Jawa Timur yang sudah memetik daun tembakaunya belum bisa menjual hasil panen ke gudang milik sebuah pabrik rokok yang berperan sebagai mitra.
Seorang petani Sastro Lamidin mengatakan pada musim panen tembakau kali ini dia sudah memetik daun tembakau hingga dua kali. Yang pertama sekitar seminggu lalu dari hasil petik daun bagian bawah dan sudah selesai dirajang dan dijemur.
"Seminggu lalu saya sudah mulai memanen daun tembakau, sudah saya rajang dan jemur hingga kering. Namun belum bisa menjual ke gudang pabrik, karena pihak gudang belum melakukan pembelian," kata Sastro Lamidin ditemui saat memetik daun tembakau di sawahnya, Selasa (22/8).
Menurut dia, petani di desa tersebut hanya bisa menjual ke sebuah pabrik rokok yang memiliki gudang untuk pembelian dan penyimpanan tembakau di Karangjati, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Selama bertahun-tahun petani di kawasan tersebut menjadi mitra binaan perusahaan rokok tersebut.
Petani lain juga di Desa Ngale, Mulyono mengatakan hal senada. Meskipun dia sudah mulai memetik daun tembakau namun penjualan hanya bisa dilakukan bila gudang milik pabrik rokok yang bermitra dengan petani tembakau sudah melakukan pembelian.
"Hingga hari ini saya dan petani lain di desa ini belum melakukan penjualan, sehingga belum tahu berapa harga jual tembakau saat ini. Saya masih menunggu gudang pabrik rokok melakukan pembelian yang kabarnya akan dimulai 24 Agustus ini," kata Mulyono.
Kalau tahun lalu rata-rata harga daun tembakau kualitas sedang Rp24 ribu per kilogram, maka Mulyono berharap harga tembakau musim panen kali ini setidaknya sama dengan harga tahun lalu Rp24 ribu per kilogram.
"Biaya perawatan tanaman tembakau itu cukup besar, terutama pupuk dan obat-obatan. Apalagi pada musim tembakau sekarang ini banyak daun tembakau yang rusak, tidak bisa lebar dan keriting, belum diketahui penyebab dan obatnya. Maka saya berharap pabrik melakukan pembelian setidak-tidaknya sama dengan tahun lalu, Rp24 ribu, karena kalau di bawah harga itu petani bisa merugi," ujar Mulyono.