Madiun (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Madiun, Jawa Timur mengajak anak muda di wilayahnya agar tertarik pada dunia bercocok tanam dan menjadi petani milenial guna mewujudkan pertanian unggul dan modern.
Bupati Madiun Ahmad Dawami mengapresiasi keberadaan petani milenial di wilayahnya, yakni Aris warga Desa Cermo, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun yang menanam tembakau di lahan perbukitan desa setempat.
"Saya mengapresiasi Mas Aris, petani milenial yang berani memilih tembakau sebagai alternatif pilihan tanaman. Dan dari beberapa hasilnya, ini sangat luar biasa," ujar Bupati Ahmad Dawami di Madiun, Senin.
Menurut dia, pemkab mendukung dan memfasilitasi anak muda milenial yang memiliki inovasi di bidang pertanian dan potensi yang lain. Dukungan yang akan diberikan antara lain pelatihan-pelatihan tentang budi daya tanaman tembakau dan pengolahan tembakau yang baik.
"Potensi anak muda milenial seperti ini terus kami dukung dan fasilitasi dengan pelatihan. Apabila nanti dimungkinkan, kami mewadahi agar bisa memiliki produk cerutu sendiri khas Madiun," kata dia.
Sementara, Aris mengatakan ia menanam tembakau di lahan yang kontur tanahnya memiliki kemiringan 40 hingga 45 derajat seluas sekitar 16 hektare di Desa Cermo.
Ia membeli bibit tembakau dari PT Sadana Arif Nusantara dengan perjanjian atau kemitraan, yakni hasil panen nantinya ditampung perusahaan tersebut.
"Untuk kualitas super harganya Rp42 ribu per kilogram. Di kebun sekitar 1/4 hektare tersebut memakai sistem pola kemitraan dengan membeli bibit dari perusahaan dan akan dibeli langsung oleh perusahaan kembali," kata Aris.
Adapun, bibit tembakau dibeli dari perusahaan mitra sebanyak 18 ribu butir seharga Rp800 ribu. Untuk pupuk, ia menggunakan non-subsidi seperti ZA dan Urea.
Bupati Madiun berharap kaum muda di Kabupaten Madiun lainnya bisa mengikuti jejak Aris, untuk menjadi petani milenial .
Namun hal terpenting menjadi petani adalah tetap menjaga ekosistem alam. Sehingga nantinya tidak terjadi longsor akibat dari pemugaran lahan untuk menanam tembakau, tanaman hortikultura, maupun perkebunan lainnya.
"Tanaman keras harus tetap ada, sehingga jangan menebang pohon-pohon yang sudah tumbuh besar sebagai penyangga tanah," tutur dia.