Surabaya (Antara Jatim) - Dua kelompok teater asal Jawa Timur mementaskan naskah drama karya Akhudiat dalam rangkaian kegiatan Fesitival Teater Jawa Timur 2017 yang berlangsung di Gedung Cak Durasim, Kompleks Taman Budaya Jawa Timur, Jalan Gentengkali Surabaya, Kamis malam.
"Tema Festival Teater Jawa Timur tahun ini adalah 'Membaca Akhudiat', yang diharapkan generasi muda saat ini dapat menggali lebih dalam karya-karya teater yang pernah dilahirkan dramawan nasional asal Jawa Timur ini," kata Ketua Dewan Kesenian Jawa Timur Taufik "Monyong" Hidayat saat dikonfirmasi di lokasi acara.
Berlangsung sejak 12 Juli, agenda hari kedua yang sekaligus hari terakhir Festival Teater Jawa Timur 2017, yang dihelat oleh Dewan Kesenian Jawa Timur, pada Kamis malam ini menampilkan dua kelompok teater.
Tampil pada jam pertama Teater Bengkel Muda Surabaya mementaskan lakon karya Akhudiat berjudul "Bui". Disusul "Langauge Theater" asal Sumenep, Jawa Timur, mementaskan lakon karya Akhudiat lainnya berjudul "Re".
Sehari sebelumnya, Rabu (12/7) malam, siswa-siswi jurusan Teater Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 12 Surabaya yang tergabung dlaam The Nine Teater membuka Festival Teater Jawa Timur 2017 dengan menampilkan lakon berjudul "Grafito", yang ditulis Akhudiat di tahun 1972.
Akhudiat mengapresiasi kelompok-kelompok teater yang mementaskan naskah karya dengan imajinasi dari masing-masing sutradaranya yang berbeda-beda.
"Seperti The Nine Theater yang para pemainnya adalah anak-anak SMK pada malam pembukaan kemarin, sutradara Harwi Mardianto menampilkannya dengan gaya hiphop yang kekinian. Padahal naskah itu saya tulis tahun 1972," ujarnya.
Sedangkan malam ini, lanjut Akhudiat, Teater Bengkel Muda Surabaya menampilkan lakon Bui yang ditulisnya tahun 1975, dengan penuh teror.
"Kita lihat Teater Bengkel Muda Surabaya mementaskan naskah Bui tanpa sekat di atas panggung. Jadi pementasannya sudah tidak terkungkung pada naskah yang saya buat," katanya.
Satu lagi, Akhudiat menambahkan, Sutradara Bengkel Muda Surabaya Karsono berhasil meneror penonton dalam pentas lakon Bui malam ini, dengan mengimajinasikan seluruh bagian bumi yang didiami manusia adalah penjara.
Akhudiat juga mengapresasi pementasan "Language Theater" asal Sumenep yang mementaskan lakon "Re" dengan sarat kultur Madura yang agamis dengan kesantriannya.
Akhudiat meyakini kesenian teater yang didominasi oleh peran manusia akan tetap hidup di era digital saat ini.
"Karena asal-usul teater berasal dari alam primordial. Jadi selama masih ada upacara, ritus, laku ritual atau apapun namanya di era digital ini, seni teater dengan peran manusia akan terus berdaya dan berjaya," ucapnya. (*)