Probolinggo (Antara Jatim) - Nelayan di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur mewaspadai angin gending yang dapat menyebabkan gelombang perairan air laut cukup tinggi dan membahayakan keselamatan nelayan yang biasanya terjadi pada akhir Mei hingga Agustus.
"Angin gending merupakan angin musiman yang biasanya muncul pada bulan Mei hingga Agustus, namun nelayan tidak bisa memprediksi waktu munculnya angin yang menyebabkan ombak tinggi itu," kata salah seorang nelayan Probolinggo, Dodik Budi Wahyu di Probolinggo, Selasa.
Pada saat memasuki bulan Juni, lanjut dia, nelayan di Kabupaten Probolinggo biasanya enggan berlayar terlalu jauh karena khawatir diterjang ombak yang dapat membahayakan keselamatannya.
"Angin gending kadang terjadi pagi atau siang, bahkan malam hari, sehingga kami tidak bisa berlayar terlalu jauh dan hal itu berdampak pada jumlah tangkapan ikan berkurang dibandingkan biasanya," tuturnya.
Menurutnya, biasanya pada saat pelayaran normal, seorang nelayan dengan perahu jukung bisa menjala ikan dengan berat sampai 20 kilogram, namun saat ini maksimal nelayan hanya bisa membawa pulang ikan seberat 10 kilogram.
"Kadang cuma dapat 5 kilogram. Kalau jenis ikannya campuran, bisa ikan kerapu atau dapat rajungan. Yang pasti pendapatan nelayan menurun, biasanya setiap hari dapat Rp100.000, sekarang hanya dapat Rp20.000 - Rp40.000 per hari," katanya.
Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo Wahid Noor Azis mengatakan fenomena angin Gending itu tidak hanya menimbulkan tiupan angin yang kencang, namun juga memunculkan gelombang yang cukup tinggi.
"Beberapa hari yang lalu, ada seorang nelayan asal Kecamatan Tongas yang dilaporkan hilang di perairan Gili dan diduga perahu yang ditumpangi diempas angin kencang saat melaut," tuturnya.
Ia menyarankan agar nelayan lebih berhati-hati dalam menjalankan aktifitas kerjanya dan berdasarkan data Dinas Perikanan tercatat jumlah nelayan se-Kabupaten Probolinggo sebanyak 11.558 orang.
"Jumlah nelayan itu tersebar di tujuh kecamatan yang memiliki pesisir yakni Kecamatan Paiton, Kraksaan, Pajarakan, Gending, Dringu, Tongas dan Sumberasih. Sebagian besar nelayan tidak melaut dan memilih istirahat sambil memperbaiki sarana perahunya," tuturnya.
Pihak Dinas Perikanan sempat memantau aktivitas nelayan di Kecamatan Paiton yang mayoritas nelayannya sedang memperbaiki jaring dan perahu dibandingkan melaut.
"Hanya ada beberapa yang nekat melaut, namun bagi nelayan yang kreatif, maka fenomena alam itu dimanfaatkan untuk berwirausaha lain seperti budi daya ikan air tawar atau bekerja di sawah," ujarnya.(*)