Surabaya (Antara Jatim) - Puluhan Siswa SMA Muhammadiyah 10 Surabaya mempraktikan cara mengelola bisnis di bidang kuliner dengan membuat pizza secara langsung di salah satu restoran cepat saji di Surabaya, Senin.
"Praktik kelola bisnis ini merupakan bagian dari sebuah ekstra kulikuler yakni kegiatan Klub Enterpreneur. Di sekolah kami memang memiliki banyak klub yang diikuti sesuai minat dan bakat siswa, klub entrepreneur ini salah satunya," kata Kepala SMA Muhammadiyah 10 Surabaya Sudarusman
Dia mengaku, targetnya menerjunkan pelajar langsung ke dunia usaha dan dunia industri sebenarnya bukan untuk melatih keterampilannya. Tetapi lebih kepada pengembangan "life skill education".
"Bukan keterampilan bisa membuat pizzanya yang kita cari. Tetapi bagaimana siswa ini memahami cara membangun bisnis yang tidak konvensional,” tutur dia.
Untuk itu, pihaknya bekerja sama dengan Pizza Hut di salah satu mal di Surabaya sebagai tempat magang bagi para siswanya. Sudarusman mengatakan, di magang tersebut, para siswa akan belajar tentang cara melayani pembeli, bekerjasama dan bertahan dalam kondisi lelah.
"Kami tidak membatasi siswa yang ingin mengembangkan diri. Jadi kapan pun siswa mau meninggalkan kelas untuk kegiatan magang seperti ini pasti kita izinkan. Guru di kelas juga sudah paham," kata dia.
Sementara itu, Manager Restoran Pizza Hut Supangat mengatakan senang bisa bekerja sama dengan SMA Muhammadiyah 10. Dia mengaku, ini adalah pertama kalinya sebuah SMA mengajak kerja sama untuk magang siswanya.
"Biasanya yang magang itu kan anak SMK. Tapi itu bagus, berarti sekarang SMA juga diberikan praktik langsung bagaimana mengelola bisnis ini," kata dia.
Supangat menjelaskan, untuk awal, para siswa terlebih dahulu dikenalkan dengan berbagai peralatan dapur yang utama. Yakni freezer, pemanggang roti, penggiling adonan dan berbagai jenis topping untuk pizza.
Untuk membuat pizza, Supangat melakukan simulai singkat. Adonan roti yang sudah berbentuk pipih dan bulat sudah tersedia dalam pendingin. Selanjutnya, tinggal menambahkan topping sesuai yang dipesan pembeli.
"Utamanya yang dipakai adalah keju mozarela dan sosis. Setelah dipanaskan di oven, keju mozarela ini akan meleleh," kata dia.
Di retorannya, pelayanan harus serba cepat dan tepat. Makanya saat datang pesanan, waktu paling lama menunggu jika pembeli ramai adalah 17 menit. "Kalau sepi bisa sampai hanya 10 menit," ujar Supangat.
Supangat mengungkapkan, pertemuan pertamanya dengan para siswa sementara untuk mengenalkan peralatan dan standar yang berlaku.
Salah satu standar yang tidak boleh ditinggal adalah menggunakan celemek, penutup rambut dan sarung tangan. Dengan begitu, meskipun dapur itu terlihat oleh pembeli tidak perlu takut. Karena makanan yang disajikan pasti higienis.
"Pelajaran penting bagi anak-anak adalah bagaimana seharusnya menjaga kualitas produk dan pelayanan. Selama kita menjaga kualitas itu, kepuasan pelanggan akan terjamin dan usaha kita pasti jalan. Kalau pelanggan kecewa, usaha pasti turun," kata dia.
Pertemuan itu, lanjut dia, tidak hanya akan berjalan sekali. Selanjutnya, setiap libur akhir pekan dan libur panjang siswa akan diizinkan untuk magang. "Nanti jadwalnya akan digilir selama enam bulan," kata dia.(*)