Surabaya (Antara Jatim) – Dewan Pendidikan Jawa Timur mengapresiasi posisi Kota Surabaya yang berada pada urutan ke-15 dalam Ujian Nasional (UN) tingkat Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) tahun 2017 .
Anggota Dewan Pendidikan Jatim Isa Ansori di Surabaya, Minggu mengatakan berada posisi ke-15 adalah sebuah prestasi jika dibandingkan posisi tahun lalu yang berada di urutan ke-32 dari 38 kabupaten dan kota di Jatim.
"Itu prestasi yang bagus jika dibandingkan tahun lalu. Tapi hal yang perlu dicatat, keberhasilan Surabaya tersebut didapatkan karena kabupaten kota yang lain mengalami penurunan," katanya.
Isa Ansori menyebutkan bahwa pada 2016 lalu, nilai total rata rata UN SMP Surabaya adalah 235.08 dan pada 2017 ini mengalami kenaikan cukup tipis yaitu 235.54.
"Kenaikan tersebut sebetulnya juga tidak terlalu signifikan dengan anggaran yang dikelola oleh Dinas Pendidikan Surabaya yang angkanya melebihi Rp2 triliun atau sekitar 32 persen dari APBD Surabaya. Seharusnya kalau dengan sebesar itu, Surabaya bisa masuk lima besar," Ujar dia.
Namun demikian, dirinya berharap semua kalangan supaya bisa menerima hasil UN tersebut dengan lapang dada dan menjadikan hasil UN sebagai bahan evaluasi dan perbaikan untuk ke depan.
"Tak elok membandingkan pelaksanaan antara UNBK (Ujian Nasional Berbasis Kompouter) dan UNKP (Ujian Nasional Kertas dan Pensil), karena model pelaksanaan UN, dua duanya diakui oleh pemerintah," tuturnya.
Sementara itu, senada dengan Isa Ansori, Ketua Dewan Pendidikan Surabaya Martadi menilai bahwa apa yang diraih Surabaya dalam UN SMP/MTs ini adalah sebuah prestasi yang perlu diapresiasi.
Martadi mengatakan bahwa untuk menjadi nomor 15 tentu bukan hal yang mudah mengingat jumlah peserta UN SMP di Surabaya yang begitu banyak. Selain itu juga ada disparitas mutu antar sekolah yang sangat beragam dan bisa menjalankan UNBK secara 100 persen.
Dia mengatakan, bahwa pada 2016 Peserta UN Jawa Timur ada 4.439 SMP. Dari jumlah tersebut sebanyak 426 lembaga atau 9,6 persen sudah berbasis komputer. Sedangkan 4.013 atau 90,4% masih menggunakan UNPK. Surabaya yang sudah 100 persen UNBK menempati rangking 32. Sedangkan 2017 peserta UN Jawa Timur ada 4.536 SMP.
"Dari jumlah itu sudah ada 2.035 atau 44 persen yang melaksanakan UNBK dan 2.491 atau 56 persen masih UNPK. Kali ini Surabaya yang 100 persen berbasis komputer menjadi rangking 15," kata dia.
Menurut Martadi, pelaksanaan UNBK bisa menjadi indikator kualitas Pendidikan yaitu meningkatnya integritas. Semakin meningkatnya integritas UNBK berarti semakin menggambarkan kualitas pendidikan secara autentik.
Martadi menilai bahwa hal itulah yang palig penting sebagai salah satu tujuan UN untuk memetakan mutu dan melakukan pembinaan melalui program program yang lebih tepat dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
"Yang terpenting ke depan prestasi ini harus terus dipertahankan bahkan ditingkatkan. Hal terpenting Surabaya mendapatkan indeks integritas terbaik. Ini prestasi yang sesungguhnya karena esensi pendidikan adalah menumbuhkan nilai bukan akademik semata," ujarnya.(*)