Gresik, Jawa Timur, (Antara) - Unit produksi enzim PT Petrosida Gresik berkapasitas 200 ton per tahun yang merupakan pabrik enzim pertama di Indonesia mampu mengurangi hingga 10 persen ketergantungan impor enzim, khususnya protease dan xilanase, di dalam negeri.
"Kawasan Bio Center ini didirikan memang dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan enzim untuk industri dalam negeri. Dan pembangunan unit produksi enzim diperkirakan mampu menurunkan angka impor hingga 10 persen," kata Dirut PT Petrosida Gresik Hery Widyatmoko pada peresmian unit produksi enzim kawasan Bio Center PT Petrosida Gresik, Gresik, Jawa Timur, Jumat.
Menurut Hery, kapasitas produksi akan ditingkatkan jika memang menguntungkan, mampu menurunkan impor dan mendorong berkembangnya industri enzim ramah lingkungan karena memanfaatkan keanekaragaman hayati Indonesia.
Fasilitas produksi enzim ini, ia mengatakan mulai dibangun pertengahan 2014 dan selesai pada 2016, dengan dana mencapai Rp12,8 miliar.
Unit produksi enzim yang dibangun di kawasan Bio Center PT Petrosida merupakan salah satu dari lima unit produksi produk biotek yang ada yaitu unit petrofish, potensida, petrikaphos dan biokaosida. Pengembangan dan keberadaan industri enzim ini diharapkan dapat mendukung kemandirian produk enzim nasional.
Kepala BPPT Unggul Priyanto mengatakan penggunaan enzim harapannya bisa meluas karena bisa mengurangi pengurangan kimia oleh industri. Bioteknologi ini bisa dikembangkan lebih luas karena ramah lingkungan.
Untuk mendukung komersialisasi produk protease dan xilanase, ia mengatakan juga telah dijalin kerja sama dengan mitra industri pengguna enzim seperti PT Rajawali Tanjungsari untuk aplikasi protease di industri penyamakan kulit.
Sedangkan enzim xilanase untuk aplikasi di industri pulp dan kertas telah dirintis kerjasamanya dengan PT Sadya Balawan (xilanase deinking) dan PT Green Water Chemical Technology (xilanase biobleaching).
Enzim xilanase sebagai deinking dikembangkan oleh BPPT, sedangkan yang berfungsi sebagai biobleaching dikembangkan oleh Universitas Airlangga (Unair).
Rektor Universitas Airlangga Muhammad Nasih mengatakan kerja sama dengan PT Petrosida Gresik menyepakati penggunaan laboratorium Unair untuk dimanfaatkan dalam mengembangkan enzim-enzim baru.
"Sedangkan kami juga bisa mamanfaatkan alat di Petrosida Gresik untuk teliti pengembangan enzim. Dan Pertrosida Gresik sekarang juga punya hak gunakan hasil riset kami," ujar dia.
PT Petrosida Gresik bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dengan melakukan uji produksi dan optimasi sistem produksi untuk mendapatkan kondisi operasi yang optimal bagi produksi enzim.
Pendampingan produksi juga akan dilakukan dengan dukungan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi untuk mendorong hilirisasi dan komersialisasi produk enzim.
Unit produksi enzim yang dibangun memiliki kapasitas produksi sekitar 200 ton enzim per tahun. Sedangkan enzim cair dalam bentuk konsentrat diproduksi dengan kapasitas sekitar 3000 liter per hari.
Pada tahap awal, unit enzim ini akan memproduksi enzim protease untuk aplikasi di industri penyamakan kulit. Penggunaan enzim protease sebagai dehairing (merontokkan bulu) dapat mengurangi konsumsi bahan kimia sekitar 20 hingga 30 persen.
Sedangkan enzim xilanase merupakan enzim kedua yang akan diproduksi dan digunakan untuk aplikasi di industri pulp dan kertas sebagai deinking (melepas tinta) untuk mengurangi konsumsi bahan kimia seperti peroxide dan chlorine yang berpotensi mencemari lingkungan. Kedua jenis enzim tersebut telah dipatenkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.(*)