Jember (Antarajatim) - Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Divre XI Jember turun langsung ke sejumlah areal pertanian yang panen untuk mengoptimalkan penyerapan gabah di Kabupaten Jember, Jawa Timur.
"Kami turun langsung untuk membeli gabah milik petani di sejumlah wilayah yang panen raya seperti di Kecamatan Kalisat dan Wuluhan," kata Kepala Bulog Sub Divre XI Jember Khozin di Jember, Selasa.
Menurutnya pihak Bulog juga berkoordinasi dengan Babinsa, Koramil, dan Kodim untuk menyerap gabah petani sebanyak-banyaknya, sehingga petani dapat diuntungkan dengan mendapatkan hasil jual panen gabahnya dengan harga yang layak.
"Kami berharap 50 persen hasil gabah yang dipanen petani dapat diserap oleh Perum Bulog Sub Divre XI Jember, namun terkadang sebagian petani enggan untuk menjual hasil panen gabahnya kepada Bulog dengan berbagai alasan," tuturnya.
Ia mengatakan Bulog Jember siap membeli dengan harga tinggi dan sesuai dengan harga pokok pembelian pemerintah (HPP), bahkan pembayarannya pun dilakukan secara langsung di lokasi pembelian gabah tersebut.
"Hingga kini gabah yang sudah dibeli Bulog sebanyak 11 ton yang dilakukan sejak Februari 2017 dan kami menargetkan pembelian gabah di Bulog Jember selama tahun 2017 mencapai 76.000 ton," katanya.
Bulog membeli gabah/beras sesuai dengan Inpres No 5 Tahun 2015 yang mengatur HPP yakni pembelian gabah kering sawah (GKS) dengan kadar air 25 persen sebesar Rp3.750 per kilogram, sedangkan pembelian gabah kering giling (GKG) dengan kadar air 14 persen seharga Rp4.650 per kilogram, dan pembelian beras medium kadar air 14 persen seharga Rp7.300 per kilogram.
Sementara Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jember Jumantoro menilai HPP gabah dan beras tersebut sudah tidak relevan dengan biaya produksi yang naik karena harga pembelian tersebut masih mengacu pada harga tahun 2015 sesuai Inpres yang diterbitkan.
"Biaya produksi yang dikeluarkan petani setiap tahun naik, sehingga sudah selayaknya pemerintah meninjau ulang HPP setiap tahun, agar sesuai dengan harga yang layak untuk meningkatkan kesejahteraan petani," tuturnya.
Ia mengatakan kalau Bulog Jember hanya mengandalkan HPP, maka akan kesulitan mendapatkan gabah petani karena sebagian besar petani akan memilih menjual gabahnya ke pedagang atau penggilingan yang membeli dengan harga lebih tinggi dibandingkan HPP.
Sementara itu data yang dihimpun di lapangan menyebutkan luas panen pada Maret 2017 di 31 kecamatan di Kabupaten Jember tercatat sebanyak 43.957 hektare dengan luas lahan terbanyak berada di Kecamatan Bangsalsari sebanyak 4.059 hektare.(*)